"Ia mendirikan mezbah-mezbah bagi Baal di kuil TUHAN, yang tentangnya TUHAN berfirman: 'Di Yerusalem akan Kuletakkan nama-Ku.' Ia mendirikan mezbah bagi segenap tentara langit di kedua pelataran kuil TUHAN."
Ayat ini datang dari Kitab 2 Raja-raja, yang mencatat sejarah bangsa Israel dan Yehuda. Periode yang digambarkan dalam pasal 21, khususnya pemerintahan Raja Manasye, adalah masa kelam bagi kerajaan Yehuda. Manasye dikenal sebagai salah satu raja yang paling jahat dalam sejarah Yehuda, melakukan banyak hal yang sangat dibenci di hadapan Tuhan. Ia menyimpang jauh dari ajaran dan perintah Tuhan, mencondongkan hati bangsanya kepada penyembahan berhala yang merajalela.
Tindakan Manasye yang disebutkan dalam ayat ini sangat serius. Ia tidak hanya mendirikan mezbah bagi dewa-dewa asing, tetapi melakukannya di tempat yang paling sakral bagi umat Israel, yaitu di dalam Bait Suci TUHAN di Yerusalem. Hal ini merupakan bentuk penghinaan yang luar biasa terhadap Tuhan yang telah memilih Yerusalem sebagai tempat kediaman nama-Nya. Kata-kata "Di Yerusalem akan Kuletakkan nama-Ku" menunjukkan betapa Tuhan menempatkan nilai tinggi pada Bait Suci sebagai pusat ibadah dan persekutuan dengan umat-Nya.
Pembangunan mezbah bagi "segenap tentara langit" menandakan penyembahan terhadap benda-benda langit seperti matahari, bulan, dan bintang-bintang, sebuah praktik yang sangat dilarang oleh hukum Taurat Musa. Ini menunjukkan betapa jauhnya Manasye dan rakyatnya tersesat dari iman yang benar. Akibat dari kederhakaan yang terus-menerus ini sangat berat. Tuhan, meskipun panjang sabar, tidak dapat membiarkan pelanggaran sebesar ini tanpa konsekuensi.
Kitab 2 Raja-raja, serta Kitab Yeremia, banyak mencatat hukuman yang akan datang atas Yehuda karena dosa-dosa mereka, termasuk penyembahan berhala ini. Kejatuhan Yerusalem dan pembuangan ke Babel adalah hasil akhir dari kegagalan para pemimpin dan umat untuk berbalik dari jalan mereka yang sesat. Ayat ini menjadi pengingat kuat akan keadilan Tuhan dan pentingnya kesetiaan kepada-Nya.
Meskipun ayat ini berbicara tentang konteks sejarah kuno, pesannya tetap relevan. Bagi umat beriman, ayat ini menekankan pentingnya menjaga kekudusan tempat ibadah dan hati kita dari segala bentuk penyembahan berhala modern, entah itu materialisme, kekuasaan, atau hal lain yang menggeser posisi Tuhan dalam hidup kita. Tuhan adalah Allah yang cemburu, dan Ia menginginkan kesetiaan penuh dari umat-Nya.
Memahami kisah Manasye dan konsekuensi dari kesalahannya juga mengingatkan kita pada pentingnya kepemimpinan yang saleh dan tanggung jawab untuk membimbing umat ke jalan kebenaran. Kegagalan dalam hal ini dapat membawa kehancuran yang meluas. Namun, kisah ini juga tidak berakhir pada penghukuman semata. Sepanjang sejarah, Tuhan selalu memberikan janji pemulihan dan harapan bagi mereka yang mau bertobat dan kembali kepada-Nya. Ayat-ayat berikutnya dalam kitab ini dan kitab-kitab kenabian lainnya seringkali diikuti dengan janji akan masa depan yang lebih baik, yang pada puncaknya terwujud dalam kedatangan Mesias.
Untuk perenungan lebih lanjut, Anda bisa membaca pasal 21 Kitab 2 Raja-raja secara lengkap.