Ayat dari Kitab 2 Raja-Raja pasal 22 ayat 2 ini memperkenalkan sosok Raja Yosia, seorang pemimpin di Kerajaan Yehuda. Kisah Yosia seringkali disorot sebagai salah satu periode kembalinya kesetiaan umat kepada Tuhan di tengah masa-masa penuh penyimpangan. Apa yang membuat Yosia begitu istimewa dalam catatan sejarah ini? Jawabannya terletak pada pengakuan bahwa ia "melakukan apa yang benar di mata TUHAN". Ini adalah pujian tertinggi yang bisa diberikan kepada seorang penguasa, terutama di masa itu yang sering kali diwarnai oleh keserakahan, penyembahan berhala, dan ketidakadilan.
Pernyataan "ia hidup mengikuti segala jalan Daud, bapa leluhurnya" memberikan konteks yang lebih dalam. Daud adalah figur raja yang dihormati dalam sejarah Israel, dikenal sebagai raja yang memiliki hati sesuai dengan kehendak Tuhan, meskipun ia juga tidak lepas dari kesalahan. Yosia, dengan merujuk pada teladan Daud, menunjukkan keinginan untuk kembali pada prinsip-prinsip dasar iman dan ketaatan yang telah lama terabaikan. Ini bukan sekadar meniru, tetapi mengadopsi esensi dari kepemimpinan yang saleh dan berintegritas.
Lebih lanjut, penegasan "tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri" menggambarkan keteguhan dan kesetiaan Yosia pada jalan kebenaran. Dalam menghadapi godaan kekuasaan, pengaruh budaya asing, atau bahkan tekanan dari para penasihat yang mungkin memiliki agenda lain, Yosia tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip ilahi. Hal ini sangat krusial mengingat banyak raja sebelumnya yang telah membawa bangsa Israel menjauh dari Tuhan, menyembah dewa-dewa asing dan mengabaikan hukum-hukum Taurat. Kehidupan Yosia menjadi mercusuar di tengah kegelapan spiritual.
Kisah Yosia dalam 2 Raja-Raja 22 juga menjadi penting karena penemuan kembali Kitab Hukum Tuhan di Bait Suci pada masa pemerintahannya. Penemuan ini memicu reformasi besar-besaran yang dipimpinnya, termasuk pemulihan ibadah yang murni dan penghancuran tempat-tempat penyembahan berhala. Ayat 2 ini menjadi fondasi mengapa reformasi tersebut bisa terjadi; Yosia adalah pemimpin yang sudah memiliki kecenderungan hati untuk mencari dan melakukan kehendak Tuhan.
Secara keseluruhan, 2 Raja-Raja 22:2 bukan hanya sekadar deskripsi tentang seorang raja, tetapi sebuah pelajaran berharga tentang pentingnya kepemimpinan yang berakar pada prinsip moral dan spiritual. Ini menunjukkan bahwa kesetiaan kepada Tuhan, bahkan dalam hal yang tampaknya sederhana seperti "melakukan apa yang benar", dapat membawa dampak yang sangat besar bagi diri sendiri dan seluruh bangsa. Teladan Yosia mengingatkan kita bahwa integritas, keteguhan hati, dan komitmen pada kebaikan adalah kunci untuk memimpin dengan bijak dan membawa pemulihan.