Ilustrasi simbolis penghancuran mezbah berhala.
Kitab 2 Raja-Raja mencatat salah satu momen paling signifikan dalam sejarah Kerajaan Yehuda, yaitu masa pemerintahan Raja Yosia. Di tengah-tengah umat yang telah lama tersesat dalam penyembahan berhala dan praktik-praktik yang menyimpang dari hukum Tuhan, Yosia bangkit sebagai pemimpin yang membawa pemurnian dan pemulihan spiritual. Ayat 2 Raja-Raja 23:18 memberikan gambaran tentang keteguhan Yosia dalam menindaklanjuti pembersihan bait Allah dari segala bentuk penyembahan ilah asing.
Setelah penemuan Kitab Taurat oleh Hilkia, imam besar, dan pembacaan hukum Tuhan di hadapan raja, Yosia menyadari betapa jauhnya umatnya telah menyimpang. Reaksi Yosia bukanlah sekadar tindakan ceremonial, melainkan sebuah komitmen mendalam untuk mengembalikan bangsa kepada ketaatan kepada Tuhan yang Esa. Ia tidak hanya memerintahkan pembuangan benda-benda penyembahan berhala dari Bait Allah, tetapi juga meluas ke seluruh negeri Yehuda dan Israel. Hal ini menunjukkan skala reformasi yang ia lakukan, yang tidak pandang bulu dalam membersihkan setiap jejak penyembahan ilah lain.
Dalam konteks 2 Raja-Raja 23:18, ucapan Yosia, "Biarkanlah yang tersisa pada mezbah itu, biarlah dia tidak menyentuhnya," merujuk pada mezbah spesifik yang telah didirikan oleh Yerobeam di Betel, di mana ada tugu peringatan dan mezbah yang ditunjukkan oleh nabi Tuhan pada masa sebelumnya. Yosia, meskipun memerintahkan penghancuran total atas praktik penyembahan berhala, tetap menghormati nubuatan yang telah diucapkan sebelumnya. Ini menunjukkan kebijaksanaan dan pemahaman Yosia terhadap firman Tuhan, termasuk peringatan dan janji-janji yang telah ada.
Perintah untuk menghancurkan mezbah-mezbah tersebut menjadi debu dan membuangnya ke kuburan orang-orang umum adalah tindakan simbolis yang sangat kuat. Ini bukan hanya soal menyingkirkan fisik objek, tetapi juga meniadakan bekas-bekas dan kenangan akan penyembahan yang sesat. Dengan menghancurkannya menjadi debu, Yosia menegaskan bahwa tidak ada lagi tempat bagi ilah-ilah palsu ini dalam kehidupan rohani umat Israel. Tindakan ini mencerminkan semangat pemurnian yang radikal, sejalan dengan perintah Tuhan untuk tidak memiliki ilah lain di hadapan-Nya.
Kisah Yosia, yang diperingati dalam ayat ini, menjadi teladan bagi kepemimpinan yang didasari oleh ketaatan kepada firman Tuhan. Reformasi Yosia tidak hanya berdampak pada aspek ritual keagamaan, tetapi juga membawa pemulihan bagi seluruh kehidupan bangsa. Ia menanamkan kembali nilai-nilai kesetiaan kepada Tuhan di tengah-tengah masyarakat yang telah lama terbuai oleh kemegahan semu penyembahan berhala. Kisah ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga kemurnian iman dan ketaatan kepada Tuhan dalam segala aspek kehidupan, serta keberanian untuk menolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kehendak-Nya.