2 Raja-raja 23:20

"Dan ia memotong habis semua imam bukit-bukit pengorbanan yang ada di sana, pada mezbah-mezbah, dan membakar tulang-tulang manusia di atasnya. Lalu ia pulang ke Yerusalem."

Kisah yang tercatat dalam 2 Raja-raja 23:20 ini merupakan salah satu momen paling dramatis dan menentukan dalam sejarah Kerajaan Yehuda. Ayat ini menggambarkan tindakan tegas Raja Hizkia dalam memulihkan ibadah kepada TUHAN dan membasmi segala bentuk kemurtadan yang telah merajalela selama beberapa generasi. Tindakan ini bukanlah sekadar simbolis, melainkan sebuah pembersihan total terhadap praktik-praktik penyembahan berhala yang menyesatkan.

Simbol pembersihan dan terang yang baru.

Pemberantasan Imam-imam Baal

Pada masa itu, penyembahan kepada dewa Baal, serta dewa-dewi asing lainnya, telah mengakar kuat dalam masyarakat Israel, bahkan merambah ke lingkungan Bait Suci di Yerusalem. Para imam yang seharusnya melayani TUHAN justru terlibat dalam praktik-praktik yang menjijikkan dan bertentangan dengan hukum Taurat. Tindakan Raja Hizkia yang "memotong habis semua imam bukit-bukit pengorbanan" menunjukkan determinasi yang luar biasa untuk mengembalikan kesucian ibadah.

Lebih lanjut, tindakan "membakar tulang-tulang manusia di atasnya" adalah simbol yang sangat kuat. Ini bukan sekadar menghancurkan mezbah, tetapi juga menajiskan tempat-tempat yang sebelumnya disucikan untuk ibadah palsu, agar tidak lagi digunakan. Ini adalah upaya untuk membersihkan secara menyeluruh, baik secara fisik maupun spiritual, dari pengaruh kebejatan dan penyimpangan agama yang telah berlangsung lama.

Kembalinya Ketaatan kepada TUHAN

Peristiwa ini menandai sebuah titik balik penting. Setelah pemberantasan ini, Raja Hizkia memanggil seluruh rakyat Yehuda dan para imam untuk berkumpul di Yerusalem. Mereka merayakan Paskah, sebuah ibadah yang telah lama diabaikan karena ketidaktaatan. Perayaan ini bukan hanya sekadar upacara keagamaan, tetapi juga sebuah pengakuan bersama atas dosa-dosa masa lalu dan sebuah komitmen baru untuk kembali setia kepada TUHAN.

Ayat 2 Raja-raja 23:20, meskipun singkat, menyimpan makna teologis yang mendalam. Ini mengajarkan tentang pentingnya kebenaran, kesucian, dan ketaatan dalam hubungan dengan Tuhan. Pemimpin yang saleh memiliki tanggung jawab untuk membersihkan umat dari pengaruh kejahatan dan memimpin mereka kembali ke jalan Tuhan. Pemulihan ibadah yang murni seringkali membutuhkan tindakan yang tegas dan berani, bahkan jika harus menghadapi perlawanan atau membuang tradisi yang sudah mengakar namun salah.

Kisah ini menginspirasi kita untuk senantiasa mengevaluasi hidup kita, komunitas kita, dan bahkan tradisi yang kita jalani. Apakah ada "penyembahan berhala" modern yang tanpa sadar telah merayap ke dalam kehidupan kita? Apakah kita memiliki keberanian untuk membersihkan diri dan kembali fokus pada hal-hal yang benar-benar berkenan kepada Tuhan?