Kisah yang tercatat dalam kitab 2 Raja-raja pasal 3, khususnya ayat ke-20, menceritakan sebuah peristiwa luar biasa yang menjadi penanda campur tangan ilahi dalam sebuah situasi genting. Peristiwa ini terjadi pada masa ketika Yehosafat, raja Yehuda, bersekutu dengan Yoram, raja Israel, dan meteka, raja Edom, untuk menghadapi pemberontakan Moab. Ketiga raja ini, bersama dengan pasukan mereka, memulai kampanye militer ke padang gurun Edom.
Namun, perjalanan mereka segera dihadapkan pada tantangan yang mengerikan: kekurangan air. Pasukan dan ternak mereka terancam mati kehausan di tengah gurun yang tandus. Dalam kondisi yang begitu putus asa, mereka mencari nabi TUHAN untuk memohon petunjuk. Elisa bin Safat, nabi yang melayani Allah, dipanggil. Awalnya, Elisa merasa enggan untuk menolong karena pandangannya terhadap Yoram, raja Israel, yang telah menyimpang dari jalan Tuhan. Namun, demi Yehosafat yang tetap setia, Elisa akhirnya memberikan ramalan.
Elisa mengatakan bahwa meskipun tidak akan ada angin maupun hujan, lembah-lembah akan dipenuhi dengan air, cukup untuk minum bagi mereka, ternak, dan perlengkapan mereka. Ramalan ini terdengar janggal dan sulit dipercaya mengingat kondisi gurun yang kering kerontang. Para raja dan pasukannya pasti merasakan keraguan dan kebingungan.
Namun, keesokan harinya, pada saat yang ditentukan, yaitu waktu mempersembahkan korban santapan (sebuah waktu ibadah dan pengharapan), sesuatu yang ajaib terjadi. Tiba-tiba, air mulai mengalir dari arah Edom. Aliran air ini tidak hanya sekadar rembesan, tetapi mengalir deras hingga memenuhi seluruh lembah. Ini adalah mukjizat yang tak terduga, jawaban atas doa yang terdengar mustahil.
Mukjizat ini bukan sekadar pemenuhan kebutuhan fisik, tetapi juga sebuah penegasan otoritas dan kuasa Allah. Di tengah keputusasaan manusia, Allah menunjukkan belas kasihan dan pemeliharaan-Nya. Air yang mengalir dari arah Edom, sebuah wilayah yang justru seharusnya kering, menjadi bukti bahwa sumber kehidupan dapat muncul dari tempat yang paling tidak terduga ketika Allah yang bertindak.
Kisah 2 Raja-raja 3:20 mengajarkan banyak hal. Pertama, pentingnya mencari petunjuk dan pertolongan dari Tuhan, bahkan ketika situasi tampak mustahil. Kedua, kesetiaan kepada Tuhan seringkali mendatangkan berkat dan pemeliharaan, bahkan bagi orang-orang di sekitar kita yang mungkin tidak sepenuhnya setia. Ketiga, Allah sanggup melakukan hal-hal yang melampaui pemahaman manusia. Dia adalah sumber kehidupan yang tak terbatas.
Dalam konteks spiritual, mukjizat air ini dapat diartikan sebagai pemenuhan kebutuhan rohani. Di tengah 'padang gurun' kehidupan yang penuh dengan tantangan, kekeringan jiwa, dan keputusasaan, Firman Tuhan dan hadirat-Nya adalah sumber air kehidupan yang menyegarkan dan memulihkan. Seperti pasukan Israel yang diselamatkan dari kehausan, kita pun dapat menemukan pemulihan dan kekuatan ilahi melalui iman kepada-Nya. Kisah ini menjadi pengingat abadi akan kesetiaan dan kuasa Allah yang mampu mengubah keadaan yang paling suram menjadi sumber kehidupan yang melimpah.