"Pada malam harinya Allah menampakkan diri kepada Salomo dan berfirman kepadanya: "Mintalah apa yang ingin kau minta!"
Kisah Raja Salomo yang dimulai dari ayat-ayat awal kitab Raja-raja, khususnya pada pasal 3 ayat 4, menyajikan sebuah narasi yang penuh makna tentang kebijaksanaan, keadilan, dan bagaimana Tuhan merespons permohonan yang tulus. Pada malam hari, ketika Israel baru saja memasuki era baru kepemimpinan di bawah Salomo, Tuhan menampakkan diri kepadanya. Ini bukan penampakan biasa, melainkan kesempatan yang luar biasa: Tuhan sendiri bertanya, "Mintalah apa yang ingin kau minta!" Sebuah tawaran yang amat besar, yang mampu mengubah takdir seseorang, bahkan seluruh kerajaan.
Banyak raja pada masanya mungkin akan tergiur untuk meminta kekayaan, kekuasaan yang lebih besar, atau kemenangan atas musuh. Namun, Salomo, dengan kedewasaan dan pemahaman yang mendalam tentang tanggung jawabnya, mengajukan permohonan yang berbeda. Ia tidak meminta harta benda, kejayaan pribadi, atau umur panjang. Sebaliknya, ia berdoa, "Hamba-Mu ini berada di tengah-tengah umat-Mu yang Kau pilih, umat yang begitu besar, sehingga tidak mungkin dihitung atau di bilangan karena banyaknya. Maka berikanlah kepada hamba-Mu hati yang memahami, supaya hamba-Mu dapat memerintah umat-Mu ini dengan bijaksana dan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat. Sebab siapakah yang dapat memerintah umat-Mu yang begitu besar ini?"
Permohonan Salomo bukanlah tentang keinginannya sendiri, melainkan tentang kemampuannya untuk melayani umat Tuhan secara efektif. Ia menyadari bahwa kepemimpinan yang baik membutuhkan lebih dari sekadar kekuasaan; ia membutuhkan hikmat. Hikmat di sini diartikan sebagai kemampuan untuk memahami, menalar, dan mengambil keputusan yang benar. Salomo sangat sadar akan kompleksitas tugasnya sebagai raja yang memimpin bangsa yang besar dan beragam. Ia membutuhkan kemampuan untuk membedakan antara kebenaran dan kepalsuan, antara keadilan dan ketidakadilan. Ini adalah permohonan yang mencerminkan kerendahan hati dan kesadaran akan keterbatasan diri, serta fokus pada kesejahteraan umat.
Tuhan sangat berkenan dengan permohonan Salomo. Seringkali, apa yang kita minta didasarkan pada keinginan pribadi atau pandangan duniawi. Namun, permohonan Salomo berpusat pada nilai-nilai spiritual dan pelayanan. Jawaban Tuhan sangat cepat dan jelas: "Oleh karena hal itu telah dimintakan oleh hatimu dan bukan engkau meminta harta benda, atau kekayaan, atau kemuliaan, atau nyawa musuh-musuhmu, atau panjang umur, bahkan bukan engkau meminta untuk dirimu sendiri umur panjang, melainkan engkau meminta hikmat dan pengetahuan supaya engkau dapat memerintah umat-Ku, yang atasnya Aku telah mengesahkan engkau menjadi raja, maka hikmat dan pengetahuanlah yang akan Kuberikan kepadamu, dan Aku akan memberikan kepadamu harta benda, kekayaan dan kemuliaan, yang belum pernah ada pada raja-raja sebelum engkau dan tidak akan ada sesudah engkau."
Kisah ini mengajarkan kita bahwa ketika kita memprioritaskan apa yang penting bagi Tuhan, yaitu keadilan, kebenaran, dan kesejahteraan sesama, Tuhan akan melimpahi kita dengan berkat yang tak terduga. Tuhan tidak hanya mengabulkan permohonan utama Salomo akan hikmat, tetapi juga menambahkan berkat-berkat materi dan kehormatan yang luar biasa. Ini adalah janji ilahi yang menegaskan bahwa kesetiaan dan kerendahan hati dalam melayani akan selalu dihargai.
Selanjutnya, di pasal 3 ayat 16-28, kita melihat bukti nyata dari hikmat yang diberikan Tuhan kepada Salomo. Dalam sebuah kasus yang sangat pelik dan membingungkan, yaitu perselisihan dua wanita mengenai seorang bayi hidup, Salomo berhasil mengungkap kebenaran dengan adil melalui keputusannya yang cerdas. Keadilan ini tidak hanya menyelesaikan masalah, tetapi juga menimbulkan ketakutan dan kekaguman terhadap kebijaksanaan Salomo di seluruh Israel. Ini adalah gambaran sempurna tentang bagaimana hikmat ilahi dapat menghasilkan keadilan yang sejati dan membawa kedamaian.
Kisah Raja-raja 3 4, beserta kelanjutannya, tetap menjadi inspirasi yang kuat. Ia mengingatkan kita akan pentingnya memohon hikmat kepada Tuhan dalam setiap aspek kehidupan, terutama dalam peran kepemimpinan dan pelayanan. Dengan hati yang tulus dan keinginan untuk melakukan apa yang benar, kita dapat berharap pada campur tangan Tuhan yang akan memberikan kita kekuatan, pengetahuan, dan berkat yang melampaui segala pemahaman kita.