"Lalu ia pergi dari padanya, menutup pintu di belakangnya, dan ia menuang ke dalam semua buyung itu. Setelah buyung-buyung itu penuh, ia berkata kepada anaknya: 'Bawakanlah lagi bejana.' Lalu anak itu berkata kepadanya: 'Tidak ada lagi bejana.' Maka berhentilah minyak itu."
Ayat ini berasal dari kitab 2 Raja-Raja, salah satu kitab sejarah dalam Alkitab yang mencatat peristiwa penting dalam kerajaan Israel dan Yehuda. Kisah dalam pasal 4 ini berpusat pada seorang nabi Elisa dan seorang janda dari salah satu anggota sekolah para nabi. Situasi janda ini sungguh tragis; suaminya telah meninggal dunia, meninggalkan dirinya dan anak-anaknya terjerat hutang. Peminjamnya bahkan mengancam akan mengambil anak-anaknya sebagai budak untuk melunasi hutang tersebut. Dalam keputusasaan, ia datang kepada Elisa, mencari pertolongan.
Elisa, sebagai hamba Tuhan, tidak langsung memberikan solusi finansial. Sebaliknya, ia menanyakan apa yang dimiliki janda itu di rumahnya. Jawaban janda itu menggambarkan kondisi kemiskinan yang parah: ia hanya memiliki sedikit minyak. Di sini, kata "sedikit" menjadi kunci penting. Hal yang tampaknya tidak berarti inilah yang akan menjadi titik awal keajaiban. Elisa kemudian memberikan instruksi yang unik namun penuh kuasa: ia meminta janda itu untuk meminjam sebanyak mungkin bejana atau wadah kosong dari tetangga-tetangganya. Ini adalah langkah yang mungkin tampak tidak logis, tetapi merupakan bagian dari rencana ilahi.
Setelah berhasil meminjam banyak bejana, janda itu dan anak-anaknya melakukan apa yang diperintahkan. Mereka menutup pintu di belakang mereka, menciptakan ruang pribadi untuk beribadah dan menyaksikan apa yang akan terjadi. Lalu, janda itu mulai menuang minyak yang sedikit dimilikinya ke dalam semua bejana yang telah dipinjam. Keajaiban terjadi di sini: minyak itu tidak habis, bahkan terus mengalir, mengisi setiap bejana hingga penuh. Ini adalah demonstrasi nyata dari kuasa Tuhan untuk memperlakukan kebutuhan yang paling mendesak dan mengubah yang sedikit menjadi berlimpah.
Ketika semua bejana terisi, anak janda itu mengatakan bahwa tidak ada lagi bejana yang tersedia. Seketika itu juga, minyak itu berhenti mengalir. Hal ini menunjukkan bahwa mukjizat ini dibatasi oleh ketersediaan wadah. Jika janda itu meminjam lebih banyak bejana, minyak itu kemungkinan akan terus mengalir. Kisah ini mengajarkan banyak hal penting. Pertama, pentingnya berserah dan taat pada perintah Tuhan, bahkan ketika perintah itu tidak sepenuhnya kita pahami. Kedua, Tuhan dapat menggunakan sumber daya yang paling sederhana untuk melakukan hal-hal yang luar biasa. Ketiga, keajaiban ini terjadi ketika ada iman dan tindakan yang berani. Janda itu harus terlebih dahulu meminjam bejana, yang membutuhkan keberanian dan kepercayaan pada perkataan Elisa.
Melalui mukjizat ini, hutang janda itu dapat dilunasi, dan ia serta anak-anaknya terhindar dari perbudakan. Lebih dari itu, kisah ini menjadi sumber penghiburan dan pengingat bahwa di tengah kesulitan terbesar sekalipun, Tuhan sanggup menyediakan solusi yang melampaui pemahaman kita. Ia melihat kebutuhan kita dan mampu melipatgandakan berkat-Nya, asalkan kita membuka hati dan wadah iman kita untuk menerima-Nya. Ayat ini, 2 Raja-Raja 4:5, menjadi saksi bisu atas kemurahan dan kuasa ilahi yang tidak pernah berhenti bagi mereka yang mencari-Nya.