Tetapi Naaman menjadi marah, lalu pergi dengan panas hati serta berkata: "Pikirku, ia akan keluar menemui aku, dan berdiri di sana, sambil memanggil nama TUHAN, Allahnya, dan menggerak-gerakkan tangannya di atas tempat penyakitku, lalu menyembuhkan penyakitku.
Kisah Naaman, seorang panglima tentara Aram, adalah salah satu narasi paling berkesan dalam Kitab Raja-raja. Dikenal sebagai pahlawan perang yang gagah berani, Naaman menyimpan luka yang tak terlihat: penyakit kusta yang perlahan menggerogotinya. Kabar tentang seorang nabi di Israel yang mampu menyembuhkan membawanya dalam perjalanan yang penuh harapan, namun juga potensi kekecewaan.
Setibanya di Samaria, Naaman berharap akan disambut dengan kemegahan dan ritual yang sesuai dengan kedudukannya. Ia membayangkan Nabi Elisa akan keluar, melakukan gerakan tangan yang dramatis, dan memanggil nama Allah Israel untuk menyembuhkannya. Bayangan inilah yang tertulis dalam ayat 2 Raja-raja 5:11, menggambarkan rasa frustrasi dan kemarahan Naaman ketika Elisa hanya mengirim pesan melalui seorang utusan, memerintahkannya untuk "basuhlah tujuh kali dalam sungai Yordan."
Kemarahan Naaman bisa dimengerti dari sudut pandang manusia. Ia merasa terhina. Ketiadaan penyambutan langsung dari nabi yang ia datangi, serta instruksi yang terkesan sederhana dan bahkan merendahkan, bertentangan dengan ekspektasinya yang tinggi. Ia membandingkan sungai Yordan yang ia anggap biasa saja dengan sungai-sungai di negerinya yang lebih besar dan lebih murni. "Pikirku, ia akan keluar menemui aku," gumamnya dalam keputusasaan dan amarah, mengungkapkan kekecewaan mendalam yang menyelimutinya. Perasaan diremehkan ini hampir membuatnya membatalkan seluruh misi penyembuhannya.
Ayat ini menjadi titik balik krusial. Di sinilah kita melihat perjuangan iman yang sesungguhnya. Naaman harus bergulat dengan keangkuhan dan prasangkanya. Instruksi Elisa bukan tentang ritual yang rumit atau demonstrasi kekuasaan yang spektakuler, melainkan tentang ketaatan pada firman Allah, sekecil atau sesederhana apapun itu. Kemarahan dan kekecewaan adalah dinding yang dibangun oleh ego, yang harus dirobohkan agar anugerah Tuhan bisa masuk.
Kisah Naaman selanjutnya menunjukkan bagaimana ia akhirnya mau mendengarkan nasihat para hambanya yang bijak. Mereka mengingatkannya bahwa jika saja nabi itu menyuruhnya melakukan sesuatu yang besar, ia pasti akan melakukannya. Apalagi sekarang, hanya diminta melakukan sesuatu yang tampaknya ringan, yaitu mandi. Perkataan ini membuka mata Naaman untuk melihat di luar keangkuhannya dan merenungkan kemungkinan bahwa ada kuasa ilahi di balik instruksi sederhana tersebut. Keputusannya untuk turun dan membasuh diri di sungai Yordan menjadi tindakan iman yang sederhana namun berani, yang akhirnya membawa kesembuhan total baginya dan pengenalan akan kebesaran Tuhan yang sesungguhnya. Ayat 2 Raja-raja 5:11 bukan hanya tentang kemarahan seorang panglima, tetapi juga tentang momen di mana harapan dan iman bertemu di persimpangan keraguan.