Kisah mengenai Elisa, seorang nabi Tuhan yang penuh kuasa, seringkali diwarnai dengan peristiwa-peristiwa luar biasa yang menunjukkan campur tangan ilahi. Salah satu episode yang paling terkenal adalah penyembuhan Naaman, seorang panglima tentara Aram yang menderita kusta. Namun, di balik mukjizat yang spektakuler, tersembunyi pula kisah-kisah yang mengajarkan tentang integritas, kebenaran, dan konsekuensi dari tindakan yang tidak jujur.
Ayat 2 Raja-raja 5:25 membawa kita ke momen setelah Naaman, yang telah disembuhkan oleh Tuhan melalui perintah Elisa untuk mencuci diri di Sungai Yordan, kembali menghadap Elisa. Di sini, kita melihat sudut pandang Elisa yang mengetahui kebenaran tentang apa yang terjadi, terutama mengenai Gehazi, pelayan Elisa.
Gehazi, dalam cerita sebelumnya (2 Raja-raja 5:20-27), telah tergoda oleh tawaran kekayaan dari Naaman yang telah sembuh. Ia berlari mengejar Naaman setelah Naaman pergi, dan dengan berbohong atas nama Elisa, Gehazi berhasil mendapatkan sejumlah perak dan pakaian indah dari Naaman. Gehazi berpikir bahwa ia bisa mendapatkan keuntungan pribadi dari mukjizat yang terjadi, sebuah tindakan yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai kenabian yang seharusnya dijunjung tinggi.
Namun, Elisa, melalui karunia nubuatnya, mengetahui segala tindakan Gehazi. Ketika Naaman pergi, Elisa tidak hanya mengetahui bahwa Naaman telah sembuh, tetapi juga apa yang telah dilakukan oleh Gehazi di belakangnya. Ayat 25 ini secara eksplisit menggambarkan pengakuan Elisa terhadap perbuatan Gehazi: "Telah kusaksikan perbuatannya itu, ya, betapa ia bersembunyi di belakangku." Ini menunjukkan bahwa kebohongan dan tipu daya tidak akan pernah tersembunyi dari pandangan Tuhan dan para hamba-Nya yang setia.
Selanjutnya, Elisa mengungkapkan kesedihan dan kebingungannya kepada Tuhan: "Lalu berkatalah ia kepada TUHAN: 'Ya TUHAN, apakah ini perbuatan yang kaukehendaki?'" Pertanyaan ini bukan berarti Elisa tidak percaya pada Tuhan. Sebaliknya, ini adalah ungkapan pergulatan batin seorang hamba Tuhan yang melihat bagaimana kedekatannya dengan mukjizat Tuhan ternyata dimanfaatkan oleh pelayannya untuk keuntungan pribadi yang tidak sah. Elisa bertanya kepada Tuhan, apakah kebohongan Gehazi adalah sesuatu yang bisa diterima atau dibiarkan begitu saja dalam rencana-Nya.
Tuhan tidak membiarkan kebohongan Gehazi begitu saja. Konsekuensi dari tindakannya sangat berat. Elisa diperintahkan oleh Tuhan untuk menegur Gehazi. Akibatnya, Gehazi terkena kusta, penyakit yang sama yang diderita Naaman sebelumnya. Ini adalah sebuah ironi yang tajam dan hukuman yang setimpal. Tuhan menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan yang adil, dan tindakan yang tidak jujur, terutama yang dilakukan dengan menyalahgunakan nama-Nya atau para nabi-Nya, akan selalu mendatangkan murka-Nya. Kisah ini menjadi pengingat penting bahwa kejujuran dan integritas adalah nilai-nilai fundamental dalam hubungan kita dengan Tuhan dan sesama.