2 Raja-Raja 5:26 - Berkat dan Celaka

"Tetapi Elisa berkata kepadanya: "Tidakkah engkau turut pergi dengan hatiku, ketika orang itu berbalik dari keretanya untuk menemui engkau? Sekarang bukan waktunya menerima perak, atau menerima pakaian, atau kebun zaitun, atau kebun anggur, atau domba, atau lembu, atau hamba laki-laki, atau hamba perempuan."
Simbol Perenungan Rohani Jalan Kebenaran

Kisah yang tertulis dalam kitab 2 Raja-Raja pasal 5 ayat 26 menyajikan sebuah momen krusial dalam interaksi antara nabi Elisa dan Gehazi, pelayan setianya. Ayat ini bukan sekadar catatan sejarah, melainkan sebuah pengingat mendalam tentang integritas, keserakahan, dan konsekuensi dari tindakan yang tidak sesuai dengan panggilan rohani. Gehazi, yang baru saja menyaksikan mukjizat kesembuhan Naaman, seorang panglima tentara Aram, dari penyakit kustanya melalui intervensi Elisa, ternyata tidak sepenuhnya terlepas dari godaan duniawi.

Naaman, yang telah mengalami pemulihan luar biasa, menawarkan hadiah yang melimpah kepada Elisa. Namun, Elisa, dengan teguh pada prinsip ilahi, menolak segala bentuk pemberian. Tujuannya bukan untuk mendapatkan keuntungan pribadi, melainkan untuk menunjukkan bahwa kesembuhan yang diterima Naaman adalah murni anugerah dari TUHAN, Allah Israel. Penolakan Elisa ini seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi Gehazi, menekankan bahwa pelayanan yang tulus kepada Tuhan tidak dilandasi oleh imbalan materi.

Namun, keserakahan menguasai hati Gehazi. Ia melihat kesempatan untuk mendapatkan keuntungan pribadi dari kebaikan hati Naaman. Dengan diam-diam, Gehazi mengejar Naaman dan dengan cerdik meminta sebagian harta benda atas nama Elisa. Perilakunya ini tidak hanya mencerminkan ketidakjujuran, tetapi juga merusak nama baik tuannya dan kesaksian tentang Allah Israel di mata bangsa asing.

Ketika Elisa menyadari apa yang telah dilakukan Gehazi, ia tidak tinggal diam. Melalui pengetahuan ilahi yang dianugerahkan kepadanya, Elisa mengetahui semua tindakan Gehazi. Ayat 26 adalah perkataan Elisa kepada Gehazi, sebuah teguran keras yang menyoroti kebodohan dan kesalahan Gehazi. Elisa bertanya, "Tidakkah engkau turut pergi dengan hatiku...?" Pertanyaan ini menyiratkan bahwa hati Gehazi tidak sejalan dengan hati tuannya yang murni dan terfokus pada kehendak Tuhan. Seharusnya, Gehazi seharusnya merasakan kepuasan batin dari kesaksian yang telah terjadi, bukan merencanakan untuk memperkaya diri.

Elisa melanjutkan dengan menyatakan, "Sekarang bukan waktunya menerima perak, atau menerima pakaian, atau kebun zaitun, atau kebun anggur, atau domba, atau lembu, atau hamba laki-laki, atau hamba perempuan." Pernyataan ini sangat tegas. Elisa menekankan bahwa kesembuhan Naaman seharusnya menjadi momen rohani, sebuah kesempatan untuk Naaman mengenal Allah yang benar, bukan menjadi lahan untuk Gehazi mengumpulkan kekayaan duniawi. Usaha Gehazi untuk mendapatkan keuntungan materi di saat seperti itu adalah sebuah kesalahan fatal dan penyalahgunaan kepercayaan.

Konsekuensi dari tindakan Gehazi pun sangat berat. Elisa menyatakan bahwa penyakit kustanya Naaman akan menimpa Gehazi dan keturunannya untuk selama-lamanya. Ini adalah hukuman yang setimpal dengan keserakahannya yang telah mencemari kesucian pelayanan dan kesaksian. Kisah ini menjadi peringatan bagi kita semua tentang bahaya keserakahan dan pentingnya menjaga integritas dalam segala aspek kehidupan, terutama dalam pelayanan rohani. Berkat sejati datang dari hati yang murni dan ketulusan, bukan dari akumulasi harta benda duniawi.