"Dan ia menambahkan: Dengarlah firman TUHAN! Aku melihat TUHAN duduk di atas takhta-Nya dan segala penghuni sorga dari kiri dan dari kanan-Nya berdiri di dekat-Nya."
Ayat dari 1 Raja-Raja 22:18 ini merupakan bagian penting dari narasi dramatis mengenai pertarungan kebenaran melawan kepalsuan dalam sejarah Israel. Ayat ini diucapkan oleh Nabi Mikha bin Yimla, seorang nabi yang setia kepada TUHAN, di hadapan Raja Ahab dari Israel yang keras kepala dan juga di hadapan para nabi palsu yang melayani raja. Konteks ayat ini adalah ketika Raja Ahab berencana untuk menyerang Ramot-Gilead, sebuah kota penting yang sedang dikuasai oleh orang Aram. Ahab, yang terpengaruh oleh raja Yehuda, Yosafat, meminta pendapat para nabinya.
Sebanyak 400 nabi muncul dan semuanya memberikan jawaban yang sama: serukanlah kemenangan, sebab TUHAN akan menyerahkan kota itu ke tangan raja. Namun, Yosafat, yang bijaksana, merasakan ada sesuatu yang tidak beres dan bertanya apakah ada nabi lain yang dapat dimintai petunjuk dari TUHAN. Akhirnya, Mikha dipanggil. Awalnya, Mikha berbicara sarkastik, meniru perkataan para nabi palsu, namun kemudian ia mengungkapkan penglihatan yang diterimanya dari TUHAN.
Penglihatan Mikha, sebagaimana diungkapkan dalam ayat ini, memberikan gambaran yang agung dan penuh kuasa mengenai alam surgawi. TUHAN duduk di atas takhta-Nya, dikelilingi oleh seluruh bala tentara sorga yang berdiri siap siaga. Ini bukan sekadar gambaran visual, melainkan penegasan akan kedaulatan mutlak Allah atas segala sesuatu, termasuk keputusan-keputusan raja-raja di bumi. Di tengah gambaran kuasa ilahi ini, TUHAN bertanya kepada bala tentara sorga siapa yang akan membujuk Ahab untuk pergi berperang sehingga ia binasa di Ramot-Gilead. Di sinilah kita melihat dinamika ilahi yang luar biasa, di mana Allah mengizinkan berbagai kuasa bekerja untuk menggenapi kehendak-Nya, bahkan ketika itu melibatkan roh kebohongan yang digunakan untuk menghukum orang yang menolak kebenaran-Nya.
Kebenaran yang disampaikan oleh Mikha kontras tajam dengan kebohongan para nabi istana. Para nabi palsu itu menawarkan penghiburan dan persetujuan palsu, sementara Mikha membawa peringatan yang keras dan jujur. Penglihatan tentang takhta Allah menekankan bahwa tidak ada keputusan raja atau rencana manusia yang berada di luar kendali dan pengetahuan-Nya. TUHAN adalah penguasa tertinggi, dan segala sesuatu berjalan sesuai dengan tujuan-Nya yang kekal. Ayat ini mengingatkan kita bahwa di balik peristiwa dunia, ada kenyataan surgawi yang mengatur segalanya.
Pentingnya ayat ini juga terletak pada perannya sebagai penanda bahaya dari kebohongan yang disajikan sebagai kebenaran. Para nabi palsu di Israel mencari keuntungan pribadi dan menyenangkan hati raja, bukan melayani TUHAN. Penglihatan Mikha berfungsi sebagai bukti otentik dari kehendak ilahi. Kisah ini akhirnya berujung pada kematian Ahab sesuai dengan nubuat Mikha, menegaskan bahwa TUHANlah yang berbicara melalui nabi-Nya yang sejati dan bahwa kebohongan, sekecil apapun, pada akhirnya akan berhadapan dengan kebenaran ilahi. Ayat 1 Raja-Raja 22:18 bukan hanya sekadar catatan sejarah kuno, tetapi juga pengingat abadi akan kedaulatan Allah dan pentingnya mencari serta menerima kebenaran-Nya, bahkan ketika itu sulit.