Kisah yang tertulis dalam Kitab 2 Raja-Raja pasal 7, khususnya ayat 11, membawa kita pada momen krusial di tengah kepungan kota Samaria. Samaria, ibu kota Kerajaan Israel Utara, tengah dilanda kelaparan yang dahsyat akibat pengepungan yang dilakukan oleh Aram. Situasi begitu mengerikan hingga nilai-nilai kemanusiaan pun tergerus, sebagaimana tergambar dalam percakapan tragis antara dua perempuan di pasal yang sama sebelum ayat ini. Pengepungan ini bukan sekadar blokade militer, tetapi sebuah cobaan yang menguji iman, ketahanan, dan harapan rakyat Samaria.
Namun, di tengah keputusasaan yang mendalam, Allah bekerja dengan cara-Nya yang ajaib. Pasal ini menceritakan tentang empat penderita kusta yang berada di luar gerbang kota. Dalam kondisi terdesak dan tanpa harapan untuk mendapatkan pertolongan di dalam kota yang kelaparan, mereka memutuskan untuk mengambil risiko nekat: pergi ke perkemahan musuh. Pilihan ini dipenuhi dengan ketakutan, karena mereka bisa saja dibunuh seketika oleh pasukan Aram. Namun, keinginan untuk bertahan hidup mendorong mereka maju.
Ketika keempat orang ini mendekati perkemahan Aram, mereka menemukan sesuatu yang luar biasa. Bukan suara dentuman peperangan, bukan juga teriakan musuh, melainkan kesunyian yang mencekam. Keheningan itu begitu total sehingga mereka ragu-ragu untuk masuk. Namun, dorongan rasa ingin tahu dan harapan yang tersisa membawa mereka lebih jauh. Dan di sanalah mereka menyaksikan pemandangan yang tak terbayangkan: seluruh perkemahan musuh kosong melompong. Tidak ada seorang prajurit pun, tidak ada suara manusia, hanya kuda-kuda yang tertambat dan keledai-keledai yang terikat, serta peralatan perang yang berserakan begitu saja.
Ayat 11 secara lugas menggambarkan penemuan mereka kepada para penjaga gerbang kota. Pengakuan ini menegaskan betapa anehnya situasi tersebut. Pasukan Aram, yang sebelumnya begitu mengancam dan berhasil menguasai wilayah sekitar, tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Ini bukanlah mundurnya pasukan biasa, melainkan pelarian mendadak dan misterius. Pemandangan ini adalah bukti nyata dari campur tangan ilahi.
Apa yang menyebabkan hilangnya pasukan Aram secara tiba-tiba? Kitab Suci menjelaskan bahwa Allah telah mendatangkan suara keramaian pasukan yang besar ke dalam perkemahan Aram, sehingga mereka mengira tentara lain datang menyerang. Dalam ketakutan yang luar biasa, mereka meninggalkan segala sesuatu dan melarikan diri ke arah sungai Yordan. Mukjizat ini adalah jawaban doa dan janji nabi Elisa, yang sebelumnya mengatakan bahwa keesokan harinya makanan akan berlimpah di Samaria.
Kisah 2 Raja-Raja 7:11, bersama dengan seluruh pasal tersebut, mengajarkan kita tentang kuasa Allah yang tak terbatas dan kesetiaan-Nya kepada umat-Nya, bahkan di saat-saat tergelap sekalipun. Keberanian para penderita kusta untuk menghadapi kemungkinan terburuk justru membawa mereka kepada penemuan yang menyelamatkan seluruh kota. Ini adalah pengingat bahwa harapan seringkali muncul dari tempat yang paling tidak terduga, dan bahwa Allah mampu mengubah situasi yang paling mengerikan menjadi kemenangan yang luar biasa. Kesaksian mereka kepada penjaga gerbang menjadi awal dari pemulihan dan kelimpahan bagi Samaria yang terkepung.