Lalu ia ingat akan perkataan tuannya itu, bunyinya: "Dari hasil penjualan emas dan perakmu, yang telah ditukarnya dengan barang-barang itu, semuanya telah habis. Tetapi aku, raja, telah menundukkan kamu."
Ayat 2 Raja-raja 7:16, yang kita baca hari ini, memberikan kilasan penting dari peristiwa dramatis yang terjadi di kota Samaria. Kota ini sedang dikepung oleh tentara Aram, mengakibatkan kelaparan yang luar biasa di antara penduduknya. Setiap kebutuhan dasar, bahkan yang paling hina sekalipun, menjadi barang langka dan sangat mahal. Situasi ini begitu mengerikan sehingga ibu-ibu terpaksa memakan anak-anak mereka sendiri, sebuah gambaran keputusasaan yang mengerikan. Keadaan ini membuat penduduk kota, termasuk para pemimpinnya, diliputi oleh rasa putus asa yang mendalam.
Di tengah kegelapan dan kesengsaraan inilah, mukjizat mulai terkuak. Empat penderita kusta, yang dianggap najis dan terbuang oleh masyarakat, menjadi saksi pertama dari perubahan luar biasa. Mereka memutuskan untuk menyerahkan diri kepada musuh, dengan harapan bahwa mereka akan mendapatkan belas kasihan, atau setidaknya, kematian yang lebih cepat daripada kelaparan yang menyiksa. Namun, yang mereka temukan adalah perkemahan musuh yang kosong. Tuhan telah menakut-nakuti tentara Aram, membuat mereka melarikan diri meninggalkan segala kekayaan mereka.
Para penderita kusta ini, yang tadinya hanya memikirkan kelangsungan hidup diri sendiri, kemudian menemukan kelimpahan yang luar biasa. Mereka menemukan makanan, emas, perak, dan pakaian. Kebaikan hati mereka mendorong mereka untuk memberitahukan kabar baik ini kepada penduduk kota. Awalnya, ada keraguan di antara para pemimpin kota. Mereka merasa sulit untuk percaya bahwa ada begitu banyak kelimpahan di tengah kepungan yang brutal.
Di sinilah ayat 2 Raja-raja 7:16 menjadi sangat relevan. Ketika salah satu dari orang-orang yang bertanggung jawab atas pengelolaan persediaan kota melihat kelimpahan yang dibawa oleh para penderita kusta, ia teringat akan firman Tuhan yang disampaikan oleh nabi Elisa. Nubuatan itu menjanjikan bahwa berkat besar akan datang dalam waktu singkat, sebuah pembalikan keadaan yang luar biasa. "Dari hasil penjualan emas dan perakmu, yang telah ditukarnya dengan barang-barang itu, semuanya telah habis. Tetapi aku, raja, telah menundukkan kamu," adalah pengingat bahwa semua keuntungan yang diharapkan tidak ada artinya dibandingkan dengan berkat pemulihan yang Tuhan berikan. Perkataan raja yang sebelumnya mengabaikan nubuatan itu, kini berbalik menjadi saksi dari kebenaran firman Tuhan.
Kisah ini mengajarkan kita tentang kekuatan pengharapan dan kesetiaan Tuhan. Bahkan di saat-saat tergelap, Tuhan memiliki cara untuk memulihkan dan memberikan kelimpahan. Ayat ini mengingatkan kita bahwa segala usaha manusia untuk menyelamatkan diri sendiri melalui cara-cara duniawi bisa jadi sia-sia jika tidak bersandar pada janji-janji Tuhan. Kebenaran firman Tuhan akan tetap teguh, dan ketika Dia berfirman, Dia akan melakukannya. Mukjizat ini bukan hanya tentang pemulihan materi, tetapi juga tentang pemulihan harapan dan keyakinan bahwa Tuhan peduli pada umat-Nya.