Ayat dari 2 Raja-Raja 9:4 ini merupakan momen krusial yang menandai dimulainya sebuah era baru dalam sejarah Israel. Di tengah intrik dan pergolakan politik, Tuhan memilih untuk turun tangan secara langsung, menunjuk seorang pemimpin baru melalui hamba-Nya. Perintah untuk mengambil minyak dan menuangkannya ke kepala, serta deklarasi bahwa orang tersebut diurapi menjadi raja, adalah simbol kekuatan, otoritas, dan legitimasi ilahi. Ini bukan sekadar ritual; ini adalah penegasan kehendak Tuhan yang tidak dapat diganggu gugat.
Kisah ini berawal dari perintah nabi Elisa kepada seorang anak muda dari para nabi untuk pergi ke Ramot-Gilead. Di sana, ia akan menemukan Yehu, cucu Yozafat bin Nimsi, yang sedang bersama para perwiranya. Setelah memisahkan Yehu dari teman-temannya, anak nabi itu akan membuka sebuah wadah minyak dan mengurapinya sebagai raja Israel. Kata-kata yang diucapkan, "Beginilah firman TUHAN: Aku telah mengurapi engkau menjadi raja atas Israel," bukan hanya pemberitahuan, melainkan sebuah dekret surgawi yang memiliki konsekuensi duniawi yang sangat besar.
Penting untuk dipahami bahwa pengurapan dalam konteks Alkitab bukan hanya sekadar penunjukan. Ini adalah pemberian kuasa ilahi dan tugas suci. Raja yang diurapi dianggap sebagai wakil Tuhan di bumi, yang bertanggung jawab untuk memimpin umat-Nya, menegakkan keadilan, dan memastikan ketaatan terhadap hukum Tuhan. Dalam konteks 2 Raja-Raja, pengurapan Yehu terjadi pada saat Israel diliputi oleh penyembahan berhala dan kebejatan moral di bawah pemerintahan Ahab dan istrinya, Izebel. Tangan Tuhan yang menunjuk Yehu adalah tanda bahwa Ia tidak tinggal diam melihat umat-Nya menyimpang dari jalan yang benar.
Pesan dalam 2 Raja-Raja 9:4 ini mengajarkan beberapa kebenaran penting. Pertama, Tuhan memiliki kendali penuh atas urusan manusia dan sejarah. Ia dapat mengangkat raja dan menjatuhkan raja, serta menggunakan siapa pun yang Ia kehendaki untuk melaksanakan rencana-Nya. Kedua, ketaatan adalah kunci. Anak nabi itu dengan setia melaksanakan perintah yang diberikan kepadanya, meskipun itu mungkin tampak asing atau bahkan berbahaya. Ketaatannya membuka jalan bagi pemenuhan nubuat.
Simbol pengurapan ilahi
Lebih jauh, ayat ini juga berbicara tentang transformasi. Yehu, dari sekadar seorang perwira, diangkat menjadi pemimpin yang memiliki otoritas ilahi. Pengurapan ini memberinya mandat untuk membersihkan Israel dari penyembahan berhala dan memulihkan kembali penurutan terhadap Tuhan. Kisahnya menjadi pengingat bahwa bahkan di masa-masa tergelap, harapan dapat datang melalui intervensi ilahi dan kepemimpinan yang ditunjuk oleh Tuhan.
Dalam konteks spiritual pribadi, kita dapat melihat pesan ini sebagai pengingat bahwa Tuhan juga mengurapi umat-Nya untuk tujuan tertentu. Ia memberikan karunia, talenta, dan penugasan kepada setiap orang percaya untuk melayani Dia dan sesama. Seperti Yehu yang dipanggil untuk tugas yang monumental, kita juga dipanggil untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya dan menjadi bagian dari rencana-Nya yang lebih besar. Ayat 2 Raja-Raja 9:4 mengingatkan kita akan kuasa Tuhan untuk memilih, mengangkat, dan mengubah, serta pentingnya menanggapi panggilan-Nya dengan iman dan ketaatan.