Dan Allah berfirman kepada Salomo: "Karena ini telah menjadi keinginan hatimu dan engkau tidak meminta kekayaan, harta benda atau kemuliaan, atau nyawa musuh-musuhmu, dan juga tidak meminta umur panjang, tetapi engkau meminta hikmat dan pengetahuan untuk memerintah umat-Ku, yang atasnya Aku telah menjadikan engkau raja, maka hikmat dan pengetahuan akan diberikan kepadamu, dan Aku akan memberikan kepadamu kekayaan, harta benda, dan kemuliaan, yang belum pernah ada pada raja-raja sebelum engkau, dan juga tidak akan ada sesudahnya."
Ayat 2 Tawarikh 1:11 merupakan salah satu permulaan yang paling inspiratif dalam Alkitab, menggambarkan inti dari hubungan yang benar antara manusia dan Sang Pencipta, serta konsekuensi berkat yang mengalir dari pilihan hati yang tepat. Ayat ini mencatat sebuah dialog ilahi yang terjadi setelah Raja Salomo, penerus takhta Daud, naik ke tampuk kekuasaan. Allah yang Maha Pengasih hadir dalam sebuah mimpi, menawarkan kepada Salomo apa pun yang diinginkannya.
Dalam konteks sejarah, Salomo mewarisi kerajaan yang sudah cukup mapan, namun tantangan memerintah umat yang besar dan beragam pastilah sangat berat. Ia membutuhkan lebih dari sekadar kekuatan fisik atau kekayaan materi untuk dapat memimpin dengan bijaksana dan adil. Menariknya, di tengah potensi godaan kekayaan, kekuasaan, dan kemegahan yang bisa saja memikat pikirannya, Salomo mengajukan permintaan yang luar biasa.
Ia tidak meminta harta benda yang berlimpah, tidak mengidamkan kekuasaan atas musuh-musuhnya, apalagi memohon umur panjang untuk menikmati semua itu. Sebaliknya, hati Salomo tertuju pada hikmat dan pengetahuan. Permintaan ini menunjukkan kedalaman pemahaman Salomo akan esensi kepemimpinan yang sejati: kemampuan untuk memahami, menimbang, dan membuat keputusan yang benar demi kebaikan seluruh umat yang dipercayakan kepadanya. Ia sadar bahwa memerintah adalah tugas yang memerlukan kebijaksanaan ilahi.
Respons Allah terhadap permohonan Salomo sungguh luar biasa. Karena Salomo memprioritaskan hikmat dan pengetahuan di atas segala hal duniawi, Allah tidak hanya mengabulkan permintaannya, tetapi juga menjanjikan berkat tambahan. Allah berfirman, "Karena ini telah menjadi keinginan hatimu... maka hikmat dan pengetahuan akan diberikan kepadamu, dan Aku akan memberikan kepadamu kekayaan, harta benda, dan kemuliaan, yang belum pernah ada pada raja-raja sebelum engkau, dan juga tidak akan ada sesudahnya." Ini adalah sebuah penegasan bahwa ketika kita mencari hal-hal rohani dan kebijaksanaan dari Tuhan, berkat duniawi akan mengikuti sebagai bonus yang melimpah, melampaui apa yang bisa kita bayangkan.
Kisah ini memberikan pelajaran yang sangat relevan bagi kita. Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita dihadapkan pada pilihan antara mengejar keuntungan materi sesaat atau berinvestasi pada pertumbuhan karakter, pengetahuan, dan pemahaman rohani. 2 Tawarikh 1:11 mengajarkan bahwa fokus pada kebijaksanaan ilahi adalah fondasi terbaik untuk keberhasilan yang berkelanjutan. Ketika kita mengarahkan keinginan hati kita untuk menjadi pribadi yang lebih bijak, lebih berpengetahuan, dan lebih dekat dengan Tuhan, kita membuka pintu bagi berkat-berkat-Nya yang tak terduga, baik dalam hal materi maupun spiritual. Ini adalah janji yang menyejukkan dan mencerahkan, menginspirasi kita untuk memprioritaskan apa yang benar-benar bernilai di hadapan Sang Pencipta.