Asa melakukan apa yang baik dan benar di mata TUHAN, Allahnya.
Kitab 2 Tawarikh sering kali menyoroti masa-masa penting dalam sejarah Kerajaan Yehuda, terutama melalui lensa kehidupan para raja. Salah satu figur yang menarik perhatian adalah Raja Asa, yang pemerintahannya dimulai dengan sebuah deklarasi iman yang tegas, sebagaimana tercatat dalam 2 Tawarikh 14:2: "Asa melakukan apa yang baik dan benar di mata TUHAN, Allahnya." Ayat singkat ini bukan sekadar pernyataan, melainkan sebuah fondasi yang kuat bagi seluruh masa pemerintahannya dan menjadi sumber inspirasi yang tak ternilai.
Frasa "baik dan benar" menunjukkan standar yang tinggi. Ini bukan tentang melakukan hal-hal yang populer atau mudah, melainkan tentang menavigasi kepemimpinan dengan prinsip-prinsip ilahi. Dalam konteks Israel kuno, ini berarti menjauh dari praktik-praktik penyembahan berhala yang merajalela, membersihkan bangsa dari kebobrokan moral dan spiritual, serta mengarahkan hati rakyat kepada satu-satunya Allah yang patut disembah. Asa memahami bahwa keutuhan bangsa dan berkat Tuhan sangat bergantung pada kesetiaan mereka kepada perjanjian.
Dedikasi Asa terhadap kebenaran terbukti melalui tindakan nyata. Ia tidak ragu menghancurkan mezbah-mezbah asing dan patung-patung dewa, sebuah langkah berani yang melawan tradisi dan praktik yang sudah mengakar. Tindakan ini menandai pemutusan total dengan masa lalu yang penuh penyimpangan dan memulai era baru pemulihan spiritual bagi Yehuda. Pemulihan ini tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga, yang terpenting, bersifat rohani.
Perjalanan Asa tidak selalu mulus. Alkitab mencatat bahwa pada suatu titik, ia mencoba mengandalkan kekuatan manusia dan bahkan menolak untuk mencari pertolongan Tuhan di tengah ancaman invasi besar dari Etiopia. Namun, penting untuk diingat bahwa ayat pembuka di pasal ini menetapkan karakter intinya: komitmen pada kebaikan dan kebenaran Tuhan. Meskipun ada kesalahan, akar imannya tetap kuat, dan ia belajar dari kesalahannya. Dalam 2 Tawarikh 15:17, dikatakan bahwa "hatinya didedikasikan sepenuhnya kepada TUHAN sepanjang hidupnya," yang menunjukkan sebuah perkembangan dan pertumbuhan iman yang berkelanjutan.
Kisah Asa mengajarkan bahwa kepemimpinan yang efektif, terutama dalam konteks rohani, dimulai dengan hati yang tunduk pada prinsip-prinsip ilahi. Melakukan apa yang baik dan benar di mata Tuhan adalah panggilan bagi setiap orang, tidak hanya para pemimpin. Dalam kehidupan sehari-hari, ini berarti membuat pilihan yang mencerminkan kasih, kejujuran, keadilan, dan kesetiaan kepada Tuhan. Seperti Asa yang membersihkan Yehuda, kita dipanggil untuk membersihkan hati dan kehidupan kita dari segala sesuatu yang tidak berkenan kepada-Nya, demi pemulihan dan berkat yang lebih dalam. Ayat 2 Tawarikh 14:2 adalah pengingat abadi akan kekuatan transformatif dari iman yang teguh dan komitmen pada kebenaran.