2 Tawarikh 16:12 - Harapan di Masa Sulit

"Pada tahun ketiga puluh sembilan pemerintahannya Asa sakit kaki, dan penyakitnya itu sangat parah. Sekalipun ia mencari pertolongan kepada tabib, dan bukannya kepada TUHAN, ia pun meninggal."

Kisah Raja Asa yang tercatat dalam 2 Tawarikh 16:12 merupakan pengingat yang kuat tentang pentingnya iman dan kepercayaan penuh kepada Tuhan, terutama di saat-saat yang paling rentan dalam kehidupan kita. Asa adalah raja yang saleh, ia telah menyingkirkan berhala-berhala dan memulihkan ibadah kepada TUHAN di Yehuda. Namun, di akhir hayatnya, ia membuat pilihan yang keliru, lebih mengandalkan keahlian medis daripada penyembuhan ilahi.

Ayat ini secara gamblang menggambarkan sebuah keputusan yang mengundang refleksi mendalam. Asa yang telah lama memimpin dengan integritas dan iman, dihadapkan pada ujian kesehatan yang serius. Penyakit kakinya digambarkan sebagai kondisi yang parah, mengancam kelangsungan hidupnya. Dalam situasi genting seperti ini, naluri pertama banyak orang adalah mencari solusi yang terlihat nyata dan terukur, seperti yang ditawarkan oleh para tabib. Asa pun melakukan hal yang sama. Ia memanggil tabib dan bergantung pada pengobatan mereka.

Namun, ayat ini tidak berhenti di situ. Frasa "dan bukannya kepada TUHAN" adalah titik krusial yang membedakan tindakan Asa dari tindakan yang seharusnya dilakukan oleh seorang pemimpin yang mengandalkan Allah. Ini menyiratkan adanya sebuah pengalihan kepercayaan. Alih-alih memanjatkan doa permohonan, mencari bimbingan ilahi, atau mempercayakan hidupnya sepenuhnya ke dalam tangan Tuhan, Asa memilih jalan yang konvensional. Kegagalannya bukanlah pada penggunaan pengobatan medis semata, melainkan pada penolakannya untuk menyertakan Tuhan dalam perjuangannya.

Akibat dari keputusan ini sungguh tragis. Asa "pun meninggal". Ayat ini bukan bertujuan untuk mengecilkan peran ilmu kedokteran, tetapi lebih menekankan pada prinsip bahwa kepercayaan dan penyerahan diri total kepada Tuhan adalah fondasi yang tak tergoyahkan, terutama ketika menghadapi cobaan yang berat. Bagi kita, ini menjadi pelajaran berharga. Ketika kita sakit, menghadapi kesulitan keuangan, masalah keluarga, atau tantangan hidup lainnya, penting untuk tidak hanya mengandalkan kekuatan dan sumber daya kita sendiri, atau bahkan keahlian orang lain, melainkan untuk mengangkat pandangan kepada Tuhan.

Doa bukanlah sekadar formalitas keagamaan, melainkan sebuah pengakuan atas kedaulatan Tuhan atas segala aspek kehidupan. Ini adalah pernyataan iman bahwa Dialah sumber segala penyembuhan, kekuatan, dan solusi sejati. Sejarah mencatat banyak kisah tentang bagaimana iman yang teguh telah membawa pemulihan dan kemenangan yang luar biasa. Kisah Asa mengingatkan kita untuk selalu menempatkan Tuhan di tempat pertama, bahkan ketika solusi lain tampak lebih mudah dijangkau. Menggabungkan upaya medis dengan doa yang tulus dan keyakinan pada kuasa Tuhan adalah jalan yang paling bijaksana, sebuah prinsip yang tetap relevan hingga kini.