2 Tawarikh 17 10: Kebijaksanaan dan Ketakutan Akan Tuhan

"Dan mereka membaca kitab Taurat TUHAN, Allah mereka, ... dan mengajarkan kepada mereka."
Ajaran Terang Penuntun Hidup

Visualisasi Alkitab sebagai sumber bimbingan dan cahaya.

Ayat dari 2 Tawarikh 17:10 mengisahkan tentang tindakan Raja Yosafat di Yehuda. Ia tidak hanya memerintah sebagai seorang raja yang berkuasa, tetapi juga sebagai pemimpin yang memiliki visi rohani yang mendalam. Salah satu tindakan paling penting yang ia lakukan adalah mengirim para pembesar, orang Lewi, dan beberapa imam ke seluruh kota di Yehuda. Tujuan mereka sangat mulia: untuk mengajarkan kitab Taurat TUHAN kepada rakyat. Ini adalah sebuah inisiatif yang luar biasa, yang menunjukkan betapa pentingnya pengetahuan akan firman Tuhan bagi Yosafat dan kerajaannya.

Di masa ketika banyak pemimpin hanya fokus pada kekuasaan, strategi militer, atau pembangunan fisik, Yosafat menempatkan prioritas pada aspek spiritual umatnya. Ia memahami bahwa ketakutan akan TUHAN, yang berakar dari pemahaman akan ajaran-Nya, adalah fondasi yang kokoh bagi sebuah bangsa. Ketakutan yang dimaksud di sini bukanlah rasa takut yang melumpuhkan, melainkan rasa hormat yang mendalam, kekaguman, dan kesadaran akan keagungan serta otoritas Tuhan. Ketakutan semacam ini akan mendorong seseorang untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya, menjauhi kejahatan, dan memelihara jalan-Nya.

2 Tawarikh 17:10 secara implisit menyoroti bahwa pengajaran Taurat bukanlah sekadar membaca teks. Frasa "membaca kitab Taurat TUHAN, Allah mereka, ... dan mengajarkan kepada mereka" menyiratkan proses yang aktif dan dinamis. Para pengajar ini tidak hanya menyampaikan hukum-hukum Tuhan, tetapi juga menolong umat untuk memahami makna, relevansi, dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Ini adalah sebuah upaya edukasi spiritual yang komprehensif, yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai kebenaran ilahi ke dalam hati setiap individu di Yehuda.

Penting untuk dicatat bahwa tindakan Yosafat ini tidak terjadi dalam ruang hampa. Ia sendiri adalah seorang raja yang takut akan Tuhan. Kehidupannya yang saleh menjadi teladan bagi bawahannya dan seluruh rakyat. Ketika seorang pemimpin memiliki integritas spiritual, maka insiatif-insiatif seperti pengajaran firman Tuhan akan lebih mudah diterima dan lebih efektif. Keteladanan ini menciptakan lingkungan di mana kebenaran Tuhan dapat bertumbuh subur dan membawa berkat bagi seluruh negeri.

Dampak dari tindakan ini tentu sangat besar. Bangsa yang memahami dan hidup sesuai dengan ajaran Tuhan cenderung menjadi bangsa yang makmur, adil, dan damai. Ketakutan akan Tuhan menjadi benteng moral yang melindungi dari godaan dosa dan kesesatan. Ketika setiap individu dibekali dengan pengetahuan dan pemahaman akan firman Tuhan, mereka memiliki panduan yang jelas dalam setiap aspek kehidupan mereka, baik dalam urusan pribadi, keluarga, maupun publik. 2 Tawarikh 17:10 mengingatkan kita bahwa pewarisan dan pengajaran ajaran ilahi adalah investasi jangka panjang yang akan menghasilkan buah kebaikan yang berlimpah.

Di era modern ini, pesan dari ayat ini tetap relevan. Di tengah arus informasi yang begitu deras dan berbagai pengaruh budaya, pemahaman yang kokoh akan firman Tuhan menjadi semakin krusial. Seperti pada masa Yosafat, kita pun perlu memastikan bahwa ajaran-ajaran ilahi terus diajarkan, dibagikan, dan dihidupi. Ini adalah tanggung jawab bersama, baik para pemimpin rohani, orang tua, maupun setiap individu yang percaya, untuk menjadi agen pengajaran firman Tuhan, agar kehidupan kita dan generasi mendatang senantiasa dituntun oleh kebijaksanaan ilahi yang kekal.