Kutipan dari 2 Tawarikh 17:14 ini membuka pandangan kita kepada salah satu periode penting dalam sejarah Kerajaan Yehuda, yaitu masa pemerintahan Raja Yosafat. Ayat ini bukan sekadar daftar nama dan angka, melainkan gambaran tentang kekuatan militer yang terorganisir, kesiapan tempur, dan yang terpenting, semangat pengabdian kepada Tuhan yang dimiliki oleh para pemimpin dan pasukan di bawah kepemimpinan Yosafat. Di tengah berbagai tantangan dan ancaman dari bangsa-bangsa tetangga, Yosafat berhasil membangun sebuah kerajaan yang kuat, tidak hanya secara fisik tetapi juga secara rohani.
Raja Yosafat dikenal sebagai seorang raja yang saleh dan berusaha keras untuk memulihkan ibadah yang benar di Yehuda, serta menyingkirkan berhala-berhala yang telah lama merusak tatanan rohani bangsa. Ia mengirimkan para pembesar, orang Lewi, dan para imam untuk mengajar hukum Tuhan ke seluruh Yehuda, membawa pembaharuan spiritual yang mendalam. Namun, seperti yang kita lihat dalam ayat ini, kesalehan Yosafat tidak membuatnya lalai dalam urusan pertahanan negara. Sebaliknya, ia memahami bahwa membangun kekuatan militer yang solid adalah bagian dari tanggung jawabnya sebagai pemimpin untuk melindungi umatnya dari segala bentuk bahaya.
Ayat ini secara spesifik mencatat jumlah pasukan yang signifikan di bawah komando para kepala keluarga. Keberadaan pasukan yang kuat dan terorganisir seperti ini menunjukkan strategi pertahanan yang matang. Angka-angka tersebut, seperti delapan ratus orang perkasa di bawah Ada, dua ratus delapan puluh ribu orang di bawah Yohanan bin Zakharia, dan dua ratus ribu orang di bawah Abia bin Zikhri, menggambarkan skala besar dari kekuatan militer Yehuda. "Sukarela maju berperang bersama TUHAN" yang disebutkan pada Abia bin Zikhri memberikan penekanan tambahan pada motivasi di balik kesiapan mereka. Mereka tidak hanya bertempur untuk raja atau tanah mereka, tetapi juga untuk Tuhan, sebuah keyakinan yang pasti memberikan kekuatan moral dan semangat juang yang luar biasa.
Di masa Yosafat, Yehuda menikmati periode kedamaian dan kemakmuran yang relatif. Namun, kedamaian ini tidak datang begitu saja. Hal itu adalah hasil dari kebijakan yang bijaksana, iman yang teguh kepada Tuhan, dan kesiapan untuk menghadapi segala kemungkinan. Ayat 2 Tawarikh 17:14 ini menjadi saksi bisu dari kekuatan yang terpatri di Yehuda, kekuatan yang didasarkan pada iman dan persiapan. Ini mengajarkan kita bahwa untuk membangun masa depan yang kokoh, kita perlu keseimbangan antara pertumbuhan rohani dan kesiapan praktis dalam menghadapi berbagai aspek kehidupan.
Kisah Raja Yosafat, sebagaimana dicatat dalam 2 Tawarikh 17:14, memberikan teladan yang inspiratif. Ia menunjukkan bahwa seorang pemimpin yang saleh juga harus menjadi pemimpin yang bijaksana dalam mengelola sumber daya negaranya, termasuk kekuatan militernya. Dengan menempatkan kepercayaan pada Tuhan sekaligus mempersiapkan diri, Yosafat berhasil melindungi kerajaannya dan membawa Yehuda menuju masa keemasan yang diberkati.