"Adapun upah bagi hamba-hambamu yang mengerjakan kayu itu, yaitu orang-orangmu, ialah dua puluh ribu kore Gandum, dan dua puluh ribu kore jelai, dan dua puluh ribu bat anggur, dan dua puluh ribu bat minyak."
Ilustrasi visual dari kemurahan dan sumber daya ilahi.
Ayat 2 Tawarikh 2:10 merupakan bagian dari narasi yang lebih besar mengenai pembangunan Bait Suci di Yerusalem di bawah pemerintahan Raja Salomo. Setelah Daud, ayahnya, berhasrat mendirikan rumah bagi Allah, Salomo yang meneruskan visi tersebut. Dalam prosesnya, Salomo menghadapi tantangan besar, tidak hanya dalam hal perencanaan dan arsitektur, tetapi juga dalam pengadaan material, tenaga kerja, dan sumber daya yang sangat melimpah.
Dalam ayat ini, kita melihat rincian konkret mengenai kompensasi atau upah yang diberikan kepada para pekerja yang terlibat dalam proyek pembangunan. Upah tersebut diberikan kepada "hamba-hambamu yang mengerjakan kayu itu," yang merujuk pada para pekerja terampil dari bangsa Fenisia yang didatangkan oleh Hiram, raja Tirus, atas permintaan Salomo. Hubungan antara Salomo dan Hiram merupakan gambaran penting dari kerja sama antar bangsa yang didasarkan pada saling membutuhkan dan menghormati.
Jumlah yang disebutkan – dua puluh ribu kore Gandum, dua puluh ribu kore jelai, dua puluh ribu bat anggur, dan dua puluh ribu bat minyak – menunjukkan skala proyek yang luar biasa besar. Satu kore adalah ukuran volume yang sangat besar, setara dengan sekitar 220 liter. Ini berarti Salomo menyediakan sejumlah besar makanan pokok, minuman, dan minyak zaitun untuk para pekerjanya. Pemberian upah ini bukan sekadar transaksi bisnis, tetapi juga merupakan ekspresi kemurahan hati dan tanggung jawab Salomo sebagai seorang raja yang dipercayai Allah.
Lebih dari sekadar daftar pasokan, ayat ini mengajarkan kita tentang pentingnya menghargai dan memenuhi hak orang-orang yang bekerja keras. Salomo memahami bahwa kesejahteraan para pekerja adalah kunci keberhasilan proyek pembangunan yang mulia ini. Hal ini mencerminkan prinsip keadilan dan belas kasih yang seharusnya menjadi pedoman dalam setiap pekerjaan dan hubungan.
Dalam konteks yang lebih luas, pembangunan Bait Suci adalah simbol kehadiran Allah di antara umat-Nya. Pemberian sumber daya yang melimpah ini juga dapat dilihat sebagai gambaran tentang bagaimana Allah memelihara dan memberkati umat-Nya. Sebagaimana Allah menyediakan kebutuhan Salomo untuk membangun rumah-Nya, demikian pula Ia menyediakan kebutuhan umat-Nya yang mencari Dia dan mengabdi kepada-Nya. Ayat ini mengingatkan kita bahwa dalam setiap usaha yang kita lakukan, terutama yang berkaitan dengan pelayanan dan kebaikan, kita dapat mengandalkan pemeliharaan dan berkat dari Tuhan.
Pesan yang terkandung dalam 2 Tawarikh 2:10 melampaui sekadar catatan sejarah. Ia mengajarkan kita tentang manajemen yang bertanggung jawab, pentingnya kemurahan hati, dan kepercayaan pada pemeliharaan ilahi. Kesejahteraan mereka yang bekerja, kualitas kerja, dan penyelesaian proyek yang mulia, semuanya terkait erat dengan prinsip-prinsip yang diungkapkan dalam ayat ini, menginspirasi kita untuk bertindak dengan integritas dan penuh rasa syukur dalam setiap aspek kehidupan kita.