2 Tawarikh 2:5

"Dan rumah yang hendak kudirikan itu besar, karena Allah kami lebih besar dari segala allah."

Simbol Tuhan sebagai Sumber Kemuliaan

Memahami Kebesaran Tuhan dalam Pembangunan Bait Suci

Ayat 2 Tawarikh 2:5 mengingatkan kita pada perkataan Raja Salomo kepada Hiram, raja Tirus. Salomo sedang bersiap untuk membangun rumah bagi TUHAN Allahnya di Yerusalem. Pernyataan Salomo, "Dan rumah yang hendak kudirikan itu besar, karena Allah kami lebih besar dari segala allah," adalah pengakuan yang mendalam tentang supremasi dan kebesaran Allah Israel. Ini bukan sekadar bangunan fisik yang megah, tetapi sebuah penegasan iman bahwa sumber kebesaran bangunan tersebut adalah kebesaran Tuhan sendiri. Di dunia kuno, banyak bangsa menyembah berbagai dewa, masing-masing dipercaya menguasai aspek kehidupan atau wilayah tertentu. Bait Suci yang direncanakan Salomo bukan hanya sebuah kuil untuk satu suku atau bangsa, tetapi tempat kediaman bagi TUHAN semesta alam. Salomo menyadari bahwa segala usaha pembangunan, kemegahan arsitektur, dan kekayaan materi tidak akan berarti tanpa hadirat dan pengakuan terhadap kebesaran Tuhan yang melampaui semua ilah lain yang disembah di sekeliling mereka. Kebesaran rumah itu merefleksikan kebesaran Sang Pencipta yang akan bertahta di dalamnya. Perkataan ini juga mengajarkan kita tentang perspektif. Ketika kita menghadapi tugas yang besar, tantangan yang rumit, atau proyek yang membutuhkan sumber daya yang luar biasa, kita diingatkan untuk melihat melampaui skala pekerjaan itu sendiri. Salomo tidak gentar oleh skala pembangunan Bait Suci yang akan menjadi keajaiban dunia. Sebaliknya, ia menggunakan skala tersebut sebagai pengingat akan kebesaran Tuhan. Ini adalah prinsip yang relevan hingga kini. Dalam kehidupan pribadi, pekerjaan, pelayanan, atau bahkan dalam komunitas, seringkali kita dihadapkan pada hal-hal yang terasa "besar." Namun, jika kita meletakkan Tuhan di pusat segala sesuatu, menyadari bahwa Dia lebih besar dari segala masalah, lebih berkuasa dari segala kesulitan, maka beban itu akan terasa lebih ringan, dan motivasi kita akan lebih murni. Penting untuk dicatat bahwa Salomo tidak bermaksud merendahkan kemampuan alamiah atau sumber daya yang diberikan Tuhan kepadanya. Sebaliknya, ia menggunakannya sebagai sarana untuk memuliakan Tuhan. Bait Suci akan menjadi bukti nyata dari kesetiaan Tuhan kepada umat-Nya dan kemuliaan-Nya yang akan dinyatakan kepada bangsa-bangsa lain. Kebesaran rumah itu adalah cerminan dari kebesaran janji dan kuasa Tuhan yang telah membebaskan Israel dari perbudakan di Mesir dan membawa mereka ke tanah perjanjian. Dalam konteks pembangunan rohani kita masing-masing, ayat ini juga memberikan pelajaran berharga. Gereja, sebagai tubuh Kristus, adalah "rumah" rohani tempat Tuhan berdiam melalui Roh Kudus. Ketika kita berupaya untuk bertumbuh dalam iman, melayani sesama, dan membangun komunitas yang kuat, kita harus selalu diingat bahwa kita melakukannya karena Kristus lebih besar dari segala sesuatu. Kebesaran-Nya memampukan kita untuk menghadapi tantangan, memberikan hikmat dalam perencanaan, dan menjadi sumber kekuatan dalam pelaksanaan. Sama seperti Bait Suci yang didirikan Salomo, tujuan utama dari setiap usaha rohani kita seharusnya adalah untuk memuliakan Tuhan dan menyatakan kebesaran-Nya kepada dunia. Oleh karena itu, setiap kali kita memulai sesuatu yang membutuhkan dedikasi, sumber daya, dan keberanian, ingatlah perkataan Salomo: "karena Allah kami lebih besar dari segala allah." Jadikan pengakuan ini sebagai fondasi, motivasi, dan sumber pengharapan kita.