19Sementara Laban pergi mencukur bulu domba-dombanya, maka Rakhel mencuri berhala-berhala ayahnya.
Ayat Kejadian 31:19 memaparkan momen krusial dalam kisah pelarian Yakub dari rumah mertuanya, Laban. Peristiwa ini terjadi ketika Yakub, bersama istri-istrinya, Lea dan Rakhel, serta anak-anaknya, memutuskan untuk kembali ke tanah leluhurnya tanpa memberitahu Laban terlebih dahulu. Momen pencukuran domba yang dimanfaatkan Rakhel untuk mencuri berhala-berhala ayahnya menunjukkan sebuah tindakan yang penuh perhitungan, namun juga sarat dengan ketegangan dan risiko.
Setelah bekerja keras selama bertahun-tahun untuk Laban, Yakub merasa telah diperlakukan dengan tidak adil. Ia seringkali diubah upahnya dan dipermainkan oleh mertuanya. Keputusan untuk pergi secara diam-diam bukanlah tanpa alasan. Yakub tahu bahwa Laban akan marah dan mungkin mencegah kepergiannya. Dalam situasi seperti ini, tindakan Rakhel yang mencuri berhala ayahnya bisa dilihat dari beberapa sudut pandang. Berhala-berhala ini mungkin dianggap sebagai simbol perlindungan keluarga atau warisan leluhur. Bagi Rakhel, mungkin ini adalah cara untuk membawa bagian dari identitas keluarganya sendiri, atau bahkan sebagai tindakan untuk mengamankan posisinya atau melepaskan diri dari pengaruh spiritual Laban. Ada juga kemungkinan bahwa Rakhel melakukannya tanpa sepengetahuan Yakub, mengingat Yakub sendiri tidak menyebutkan hal ini dalam narasi pelariannya.
Momen ini menciptakan ketegangan yang luar biasa. Di satu sisi, Yakub sedang melarikan diri dari penganiayaan, mencari kehidupan baru di bawah berkat Tuhan. Di sisi lain, Rakhel membawa serta benda-benda yang mungkin dianggap suci oleh ayahnya, yang kelak akan menimbulkan masalah besar bagi Yakub dan keluarganya. Penemuan berhala-berhala ini oleh Yakub sendiri menandakan betapa rumitnya situasi yang dihadapi keluarga tersebut. Tindakan Rakhel ini kemudian menjadi ujian bagi Yakub, menuntutnya untuk menghadapi konsekuensi dari tindakan tersembunyi yang dilakukan oleh anggota keluarganya. Ini mengingatkan kita bahwa dalam perjalanan iman, kita tidak selalu dapat sepenuhnya mengontrol tindakan orang-orang di sekitar kita, namun kita tetap bertanggung jawab untuk menghadapi dampaknya.
Kejadian 31:19 memberikan beberapa pelajaran berharga. Pertama, pentingnya kejujuran dan transparansi dalam hubungan, meskipun hal ini terkadang sulit. Kedua, kita belajar bahwa tindakan impulsif atau tersembunyi, meskipun mungkin dimaksudkan untuk tujuan tertentu, dapat menimbulkan masalah di masa depan. Ketiga, ayat ini menekankan pentingnya memisahkan diri dari praktik-praktik yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Bagi Yakub, perjalanannya kembali ke tanah perjanjian bukan hanya sekadar perjalanan fisik, tetapi juga sebuah pemurnian spiritual yang harus ia jalani. Ia harus meninggalkan segala sesuatu yang menghalangi hubungannya dengan Tuhan, termasuk godaan dan praktik-praktik yang berasal dari dunia yang tidak percaya. Kisah ini terus relevan bagi kita hingga kini, mengingatkan kita untuk selalu mencari jalan Tuhan dengan hati yang tulus dan bersih.
Untuk pemahaman lebih lanjut, Anda dapat membaca seluruh Kejadian 31.