2 Tawarikh 21 14: Konsekuensi Melawan Tuhan

"Sesungguhnya, TUHAN akan menimpakan tulah yang dahsyat kepada segala milikmu, anak-anakmu, istrimu dan segala hartamu."

Ayat 2 Tawarikh 21:14 ini merupakan bagian dari narasi tentang hukuman ilahi yang menimpa raja Yoram dari Yehuda. Kisah ini memberikan pelajaran berharga tentang kedaulatan Allah dan konsekuensi dari ketidaktaatan serta penolakan terhadap kehendak-Nya. Yoram, sebagai seorang raja, memiliki tanggung jawab besar untuk memimpin umatnya sesuai dengan hukum dan perjanjian Allah. Namun, sayangnya, ia memilih jalan yang berlawanan.

Ayat ini secara spesifik menggambarkan ancaman hukuman yang akan datang. Kata "tulah yang dahsyat" menunjukkan sebuah malapetaka yang akan menghancurkan, bukan sekadar ketidaknyamanan kecil. Allah, dalam keadilan-Nya, memberikan peringatan sebelum menjatuhkan penghakiman. Ini bukanlah tindakan sewenang-wenang, melainkan respons terhadap kesesatan dan pemberontakan yang terus-menerus dilakukan oleh Yoram. Hukuman tersebut ditujukan pada aspek-aspek terpenting dalam kehidupan seorang manusia: keluarga (anak-anak dan istri) serta harta benda (segala milikmu dan segala hartamu). Ini menunjukkan betapa Allah peduli pada keseluruhan kehidupan umat-Nya dan bagaimana dosa dapat merusak setiap aspeknya.

Konteks dari ayat ini adalah pemberontakan Yoram terhadap Allah dan penolakannya untuk mengikuti teladan ayahnya, Yosafat, yang pernah berupaya menempuh jalan yang benar di hadapan Tuhan. Yoram justru menikahi putri Ahab, raja Israel, yang dikenal sebagai penyembah berhala. Pernikahan ini membawa pengaruh buruk dan mendorong Yoram untuk menjauh dari penyembahan kepada TUHAN yang benar. Ia bahkan membunuh saudara-saudaranya sendiri demi mengokohkan kekuasaannya, sebuah tindakan kekejaman yang jelas-jelas bertentangan dengan hukum Allah.

Akibat dari tindakan-tindakan ini, Allah mengirimkan surat yang dibawa oleh seorang nabi kepada Yoram. Surat tersebut berisi peringatan keras yang terangkum dalam ayat yang kita bahas. TUHAN tidak membiarkan dosa tanpa konsekuensi. Keadilan-Nya menuntut pertanggungjawaban. Namun, di balik peringatan hukuman, terselip pula sifat kasih dan kesabaran Allah yang ingin agar umat-Nya bertobat. Ayat ini bukanlah akhir dari cerita, tetapi sebuah titik peringatan krusial.

Dalam kehidupan modern, ayat ini tetap relevan. Ia mengingatkan kita bahwa ada otoritas yang lebih tinggi dari sekadar kekuasaan manusia. Tindakan kita, terutama dalam kepemimpinan atau bahkan dalam ranah pribadi, memiliki dampak spiritual dan moral. Menolak prinsip-prinsip ilahi, mengabaikan firman Tuhan, atau hidup dalam kesesatan, pada akhirnya akan membawa konsekuensi. Konsekuensi tersebut mungkin tidak selalu berupa malapetaka fisik yang instan, tetapi dapat berupa kehancuran hubungan, kekacauan batin, atau ketidakmampuan untuk merasakan berkat Tuhan.

Penting untuk diingat bahwa Tuhan adalah Tuhan yang adil, tetapi juga Tuhan yang penuh kasih. Peringatan seperti yang tertulis dalam 2 Tawarikh 21:14 seharusnya mendorong kita untuk introspeksi, memeriksa jalan hidup kita, dan kembali kepada-Nya dengan hati yang tulus. Kita dipanggil untuk hidup dalam ketaatan, bukan karena takut hukuman semata, tetapi karena menyadari kebaikan dan kebenaran-Nya. Mari kita renungkan peringatan ini sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri dan memastikan bahwa hidup kita selaras dengan kehendak Ilahi, sehingga kita dapat menikmati berkat-Nya yang melimpah, bukan malapetaka yang mengerikan.

Simbol Kekuatan dan Keadilan Ilahi

Melalui ayat 2 Tawarikh 21:14, kita diajak untuk melihat bahwa tindakan melawan kehendak Tuhan, sekecil apapun itu terasa, memiliki potensi untuk membawa kehancuran. Keputusan raja Yoram untuk berpaling dari jalan Tuhan, yang diwarnai dengan kekejaman dan penolakan terhadap kebenaran, membuktikan bahwa ketidaktaatan selalu berujung pada kesakitan. Peringatan ilahi ini adalah panggilan untuk refleksi mendalam tentang prioritas hidup kita. Apakah kita sedang menapaki jalan yang membawa kita semakin dekat kepada Tuhan, atau justru semakin menjauh? Pilihan ada di tangan kita, dan konsekuensi dari pilihan tersebut akan nyata.

Marilah kita memohon hikmat dari Tuhan agar senantiasa dapat menavigasi hidup dengan penuh kesadaran dan ketaatan. Semoga kita dapat belajar dari kisah Yoram, mengambil pelajaran dari peringatan yang disampaikan oleh nabi-Nya, dan memelihara hubungan yang tulus dengan Sumber kehidupan.