Ayat 2 Tawarikh 23:1 membuka sebuah narasi penting dalam sejarah Kerajaan Yehuda. Ayat ini menandai titik balik krusial ketika Imam Besar Yehoiada mengambil tindakan tegas untuk memulihkan stabilitas dan kebenaran di Yerusalem. Setelah periode kegelapan di bawah kekuasaan Atalya yang jahat, yang telah membunuh hampir seluruh keturunan raja dan merebut takhta, Yehoiada bangkit sebagai tokoh sentral yang berani.
Peristiwa yang digambarkan dalam ayat ini bukanlah tindakan spontan, melainkan hasil dari perencanaan yang matang dan pembentukan aliansi strategis. Yehoiada tidak bertindak sendirian. Ia secara proaktif mencari dan mengamankan dukungan dari para pemimpin militer terkemuka di Yehuda. Nama-nama seperti Azarya bin Yeroham, Ismael bin Yohanan, Azarya bin Obed, Maaseya bin Adaia, dan Elisafat bin Zikhri disebutkan secara spesifik. Ini menunjukkan bahwa Yehoiada memiliki kemampuan luar biasa untuk mengorganisir dan menyatukan kekuatan yang ada demi tujuan yang lebih besar.
Dengan menggalang para kepala pasukan seribu, Yehoiada menciptakan fondasi kekuatan militer yang solid. Pemilihan para pemimpin ini sangat strategis, karena merekalah yang memegang kendali atas pasukan yang menjaga keamanan kerajaan. Pembuatan perjanjian dengan mereka menandakan sebuah sumpah setia dan komitmen bersama untuk mewujudkan perubahan. Ini adalah langkah cerdas yang memastikan bahwa ketika saatnya tiba, rencana mereka akan didukung oleh kekuatan bersenjata.
Ayat ini juga menekankan kata "menguatkan dirinya." Ini mencerminkan keberanian dan keyakinan Yehoiada dalam menghadapi situasi yang sangat berbahaya. Atalya adalah ratu yang berkuasa, dan menentangnya berarti mempertaruhkan nyawa. Namun, Yehoiada didorong oleh kehendak Tuhan dan kerinduannya untuk mengembalikan garis keturunan Daud ke takhta kerajaan. Penguatan diri ini tidak hanya bersifat moral, tetapi juga melibatkan pengumpulan informasi, perencanaan taktis, dan memastikan bahwa ia memiliki sekutu yang tepat.
Pemulihan takhta Daud bukanlah sekadar perebutan kekuasaan politik, melainkan sebuah gerakan untuk mengembalikan ibadah yang benar kepada Tuhan di Bait Suci. Atalya telah mempromosikan penyembahan Baal, dan Yehoiada melihat ini sebagai ancaman terhadap identitas bangsa Israel. Oleh karena itu, aksinya memiliki dimensi spiritual yang mendalam. Ayat ini menjadi pintu gerbang menuju kisah keberanian Yehoiada dalam menyingkirkan Atalya, mengurapi Yoas yang masih kecil sebagai raja yang sah, dan memulihkan ibadah yang sesuai dengan hukum Tuhan.