Maka dikeluarkannyalah imam-imam itu dari tempatnya dan dikumpulkannyalah mereka semua di tempat mereka masing-masing, dengan memegang terompet dan ceracap, dan semua orang di Yerusalem bersorak-sorai dan meniup terompet, serta suara nyanyian-nyanyian dan kecapi. Maka terkejutlah Athalia, sehingga ia mengoyakkan pakaiannya dan berseru: "Pengkhianatan! Pengkhianatan!"
Ayat 2 Tawarikh 23:11 mencatat momen krusial dalam sejarah Kerajaan Yehuda, sebuah titik balik yang menandai pemulihan ibadah yang benar dan pembuangan terhadap seorang perusak. Ketika imam besar Yoyada memimpin umat untuk menobatkan Yoas sebagai raja yang sah, sebuah upacara besar diadakan di Bait Allah. Di sinilah terlihat jelas bagaimana ketaatan yang terorganisir dan terarah dapat menghasilkan dampak yang luar biasa. Semua elemen ibadah dikembalikan ke tempatnya, para imam dan Lewi diposisikan sesuai tugas mereka, dan yang terpenting, suara pujian dan sukacita memenuhi udara Yerusalem.
Simbol keharmonisan dan sukacita dalam ibadah.
Penekanan pada "semua orang di Yerusalem bersorak-sorai dan meniup terompet, serta suara nyanyian-nyanyian dan kecapi" menunjukkan sebuah kesatuan umat dalam penyembahan. Ini bukan hanya sekadar kebisingan, tetapi ekspresi kegembiraan atas pemulihan tatanan yang ilahi dan pembuangan seorang penguasa yang zalim. Athalia, yang telah merebut takhta secara tidak sah dan mempromosikan penyembahan berhala, jelas terkejut dan terpojok oleh kekuatan persatuan dan pemulihan ini. Reaksinya yang panik, "Pengkhianatan! Pengkhianatan!", sebenarnya adalah pengakuan atas ketidakberesan yang ia sendiri ciptakan dan legitimasi dari tindakan yang dilakukan.
Peristiwa ini mengajarkan kita tentang pentingnya ketaatan pada firman Tuhan dan pemulihan ibadah yang benar dalam kehidupan pribadi maupun komunitas. Ketika kita menempatkan Tuhan pada posisi yang semestinya, mengatur hidup kita sesuai dengan kehendak-Nya, dan menyatukan suara kita dalam pujian, kita menciptakan sebuah kekuatan rohani yang mampu mengusir kejahatan dan membawa pemulihan. Sukacita yang meluap dalam ayat ini mengingatkan kita bahwa hidup dalam ketaatan kepada Tuhan bukanlah beban, melainkan sumber kebahagiaan sejati.
Lebih jauh lagi, keberhasilan Yoyada dan umatnya dalam memulihkan Yoas dan menyingkirkan Athalia adalah bukti bahwa ketaatan yang terorganisir memiliki kekuatan. Ini bukan hanya tentang perasaan, tetapi tentang tindakan yang terencana dan pelaksanaan tugas sesuai dengan mandat ilahi. Para imam dan Lewi kembali menjalankan fungsi mereka, alat-alat ibadah digunakan kembali, dan seluruh kota bersukacita. Ini adalah gambaran tentang bagaimana gereja atau komunitas orang percaya seharusnya berfungsi: teratur, taat, dan penuh sukacita dalam memuliakan Tuhan.
Dalam konteks modern, ayat ini dapat menjadi panggilan untuk merefleksikan kembali prioritas kita. Apakah hidup kita mencerminkan ketaatan kepada Tuhan? Apakah ibadah kita adalah ekspresi sukacita yang tulus? Apakah kita bersatu dalam komunitas untuk memuliakan Dia dan melawan pengaruh kejahatan? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini akan menuntun kita pada pemahaman yang lebih dalam tentang makna hidup dalam ketaatan seperti yang digambarkan dalam 2 Tawarikh 23:11, sebuah kehidupan yang penuh dengan ketenteraman, kebenaran, dan sukacita yang berasal dari Tuhan.