Simbol ketaatan dan pemulihan.
Ayat ketujuh dari pasal 23 Kitab 2 Tawarikh ini menggarisbawahi momen penting dalam sejarah Israel, yaitu pemulihan ibadah yang benar di bawah kepemimpinan Imam Besar Yoyada. Setelah bertahun-tahun penyembahan berhala dan kesengsaraan di bawah kekuasaan Atalya yang jahat, Tuhan memberikan jalan keluar bagi umat-Nya.
Dalam konteks ini, Yoyada berperan sebagai figur sentral yang memulihkan tatanan rohani di Yerusalem. Ia tidak hanya memulihkan raja yang sah, Yoas, tetapi juga merestorasi ibadah yang telah lama terbengkalai. Tindakannya menunjukkan pentingnya kepemimpinan yang berpegang teguh pada firman Tuhan dan visi yang jelas untuk mengembalikan umat kepada jalan yang benar.
Penekanan pada ayat ini adalah pada penugasan yang diberikan Yoyada kepada para imam Lewi. Mereka diberi tanggung jawab untuk menjaga dan mengelola rumah TUHAN. Ini bukanlah sekadar tugas administratif, melainkan sebuah amanah suci yang mencerminkan pemahaman mendalam tentang peran mereka dalam fasilitasi hubungan antara umat dan Allah. Para imam Lewi ditempatkan sesuai dengan peran mereka yang telah ditetapkan sejak awal dalam struktur ibadah Israel.
Lebih lanjut, ayat ini mengingatkan kita pada sumber otentisitas ibadah: Taurat Allah. Yoyada dan para imamnya tidak bertindak berdasarkan inisiatif pribadi atau tradisi yang menyimpang, melainkan berdasarkan "titah-titah yang tertulis dalam Taurat." Ini menegaskan bahwa ibadah yang sejati harus berakar pada perintah-perintah Tuhan, bukan pada keinginan manusia. Pemulihan ini adalah pemulihan yang berpijak pada kebenaran ilahi.
Kata kunci lain yang muncul adalah "sukacita." Para imam Lewi bertugas menyampaikan korban bakaran "dengan sukacita." Ini menunjukkan bahwa ketika ibadah dikembalikan ke jalurnya yang benar, sesuai dengan kehendak Tuhan, hati umat-Nya akan dipenuhi dengan sukacita. Sukacita ini bukan lahir dari kondisi duniawi, melainkan dari persekutuan yang dipulihkan dengan Tuhan. Pengalaman ini kontras dengan ibadah yang mungkin dilakukan secara terpaksa atau di bawah ancaman selama masa kegelapan.
Kisah ini memberikan pelajaran berharga bagi gereja dan individu masa kini. Ketaatan pada firman Tuhan, kepemimpinan yang bijaksana, dan pemulihan ibadah yang otentik adalah kunci untuk mengalami berkat dan sukacita ilahi. Sebagaimana Yoyada memulihkan ibadah di Bait Allah, demikian pula kita dipanggil untuk memastikan bahwa ibadah kita selalu berpusat pada Kristus dan selaras dengan ajaran-Nya.
Proses pemulihan yang dicatat dalam 2 Tawarikh 23:7 bukan hanya peristiwa historis, tetapi juga sebuah model dan janji. Ini adalah pengingat bahwa bahkan dalam masa-masa tergelap, Tuhan dapat bekerja melalui individu yang setia untuk membawa pemulihan. Ketaatan kepada titah-Nya adalah fondasi yang kokoh untuk membangun kembali apa yang telah runtuh, dan hasil akhirnya adalah kembalinya sukacita dalam ibadah kepada Tuhan.