2 Tawarikh 26 10: Uzzia, Gembala yang Berkuasa

"Ia membangun menara-menara di padang gurun dan menggali banyak perigi, sebab ia memiliki banyak ternak. Ia juga mempunyai petani dan pekebun di pegunungan dan di tanah subur, sebab ia suka bertani."

Ayat 2 Tawarikh 26:10 menyajikan sebuah potret yang hidup tentang Raja Uzzia dari Yehuda, seorang pemimpin yang dikenal karena kebijakan agrarisnya yang maju dan kemampuannya dalam mengelola kekayaannya. Berbeda dengan gambaran raja-raja yang hanya fokus pada peperangan atau pembangunan istana megah, Uzzia menunjukkan apresiasi mendalam terhadap tanah dan hasil bumi. Keterangan dalam ayat ini menggarisbawahi dua aspek utama dari kepemimpinannya yang berorientasi pada pertanian: pembangunan infrastruktur dan pengelolaan sumber daya.

Pertama, Uzzia dikenal karena membangun menara-menara di padang gurun. Pembangunan menara ini bukan sekadar tindakan estetis, melainkan sebuah strategi cerdas untuk melindungi ternak dan para penggembala dari serangan perampok atau hewan buas yang mungkin berkeliaran di wilayah yang lebih terbuka. Keberadaan menara ini juga menandakan kemampuan Uzzia untuk memperluas area penggembalaan dan memanfaatkan sumber daya yang sebelumnya mungkin kurang terjamah. Lebih lanjut, ia menggali banyak perigi. Akses terhadap air adalah kunci utama keberlangsungan hidup, baik bagi manusia maupun ternak. Dengan membangun perigi yang cukup, Uzzia memastikan ketersediaan air bahkan di daerah yang kering, yang secara signifikan meningkatkan kapasitas penggembalaan dan kemampuan daerah tersebut untuk menopang kehidupan. Ini adalah investasi jangka panjang yang mencerminkan visi seorang pemimpin yang peduli terhadap kebutuhan dasar rakyatnya dan pengembangan ekonomi dari sektor agraris.

Kedua, ayat ini mengungkapkan bahwa Uzzia memiliki banyak ternak dan ia memiliki petani serta pekebun. Ini menunjukkan skala kegiatan pertanian yang besar di bawah pemerintahannya. Kepemilikan ternak yang melimpah adalah indikator kekayaan dan kemakmuran, yang tentunya didukung oleh ketersediaan padang rumput yang luas dan aman berkat menara-menara yang dibangunnya. Selain itu, kehadiran petani dan pekebun menegaskan bahwa Uzzia tidak hanya berfokus pada peternakan, tetapi juga pada pertanian tanaman. Ia menempatkan orang-orang yang terampil untuk mengelola tanah subur di pegunungan dan dataran. Ini menyiratkan adanya perencanaan yang matang dalam pemanfaatan lahan yang beragam, baik yang berbukit maupun yang datar. Frasa "sebab ia suka bertani" memberikan dimensi personal yang menarik pada kepemimpinan Uzzia. Hal ini menunjukkan bahwa ketertarikannya pada pertanian bukanlah sekadar urusan negara atau politik, melainkan sebuah gairah pribadi. Gairah ini kemungkinan besar menjadi motor penggerak di balik inisiatif-inisiatifnya dalam mengembangkan sektor pertanian dan peternakan.

Kepemimpinan Uzzia yang menekankan pada pembangunan agraris ini memberikan pelajaran penting. Ia menunjukkan bahwa kemakmuran suatu bangsa tidak hanya diukur dari kekuatan militer atau kekayaan moneter semata, tetapi juga dari seberapa baik ia mengelola sumber daya alamnya dan memastikan keberlanjutan hidup bagi rakyatnya melalui sektor-sektor fundamental seperti pertanian. Gaya kepemimpinan Uzzia, yang berakar pada pengelolaan sumber daya alam dan kecintaan pada usaha tani, menginspirasi untuk melihat potensi kekayaan yang tersembunyi di dalam bumi dan untuk bekerja keras demi mewujudkan kemakmuran yang merata.