Dan nama Uzzia masyhur sampai ke hilir, sebab ia dibantu dengan ajaibnya, sehingga ia menjadi kuat.
Ayat 2 Tawarikh 26:12 ini menyoroti seorang raja dari Yehuda bernama Uzzia. Kisah hidup Uzzia merupakan gambaran menarik tentang pertumbuhan, pencapaian, dan pada akhirnya, tantangan yang dihadapi oleh seorang pemimpin yang ditolong oleh Tuhan. Frasa "namanya masyhur sampai ke hilir" bukanlah sekadar ungkapan biasa; ini menandakan dampak luas dan pengakuan atas kejayaan yang dicapai Uzzia selama masa pemerintahannya. Keberhasilan ini tidak datang secara kebetulan, melainkan disebabkan oleh pertolongan ilahi yang ajaib, sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut: "sebab ia dibantu dengan ajaibnya, sehingga ia menjadi kuat."
Uzzia, atau Azarya, naik tahta pada usia muda, enam belas tahun, dan memerintah selama lima puluh dua tahun. Masa pemerintahannya yang panjang ini diwarnai oleh periode kemakmuran dan ekspansi yang signifikan bagi kerajaan Yehuda. Di bawah kepemimpinannya, Yehuda mengalami periode stabilitas militer dan ekonomi yang jarang terjadi. Ia membangun kembali dan memperkuat kota Elot, memberinya akses vital ke Laut Merah. Selain itu, Uzzia mengorganisir ulang kekuatan militernya, membangun menara-menara pertahanan di Yerusalem dan daerah sekitarnya, serta melengkapi tentaranya dengan persenjataan modern pada masanya, termasuk busur dan anak panah. Kekuatan militer ini tidak hanya melindungi rakyatnya tetapi juga memungkinkan Uzzia untuk menundukkan musuh-musuh Yehuda, seperti orang Filistin, dan mengumpulkan upeti dari bangsa-bangsa tetangga.
Simbol kesuksesan dan kekuatan yang dibantu Tuhan.
Namun, narasi tentang Uzzia tidak berhenti pada keberhasilannya saja. Kehebatan yang dicapainya, yang dipicu oleh pertolongan Tuhan, rupanya menimbulkan rasa percaya diri yang berlebihan. Puncak dari kebanggaan ini adalah ketika Uzzia, melanggar hukum Tuhan, berani masuk ke dalam Bait Suci untuk membakar kemenyan di mezbah dupa. Tindakan ini adalah hak eksklusif para imam. Perbuatan sombong ini berakibat fatal baginya. Ia terkena kusta dan terpisah dari kehidupan publik serta tidak lagi dapat masuk ke dalam Bait Suci sampai akhir hayatnya.
Kisah Uzzia, seperti yang terangkum dalam 2 Tawarikh 26:12, mengajarkan kita tentang pentingnya kerendahan hati di hadapan Tuhan, meskipun kita diberkati dengan kesuksesan yang luar biasa. Pertolongan ilahi adalah anugerah yang membuat kita kuat dan disegani, namun kekuatan itu harus selalu diimbangi dengan kesadaran akan keterbatasan diri dan ketaatan pada firman Tuhan. Pertumbuhan dan kemasyhuran Uzzia adalah bukti nyata bahwa Tuhan dapat bekerja melalui manusia untuk mencapai hal-hal besar, tetapi kemuliaan yang sesungguhnya tetap menjadi milik-Nya, dan kita dipanggil untuk selalu memuliakan nama-Nya dalam segala aspek kehidupan kita, bukan meninggikan diri sendiri.