"Dan pada bulan yang ketujuh, mulailah orang Lewi mengumpulkan bagian persepuluhan mereka dan membawanya ke rumah TUHAN. Dan dalam hari-hari Hizkia, raja, dan dalam hari-hari Azarya, kepala rumah Allah, mereka datang dan memakannya sampai kenyang, dan mereka menumpukkannya dengan banyak di rumah TUHAN."
Simbol Ketaatan dan Berkat
Ayat 2 Tawarikh 31:7 menceritakan sebuah momen penting dalam sejarah Israel di bawah pemerintahan Raja Hizkia. Setelah Hizkia memulihkan ibadah yang benar kepada Tuhan di Yerusalem, salah satu tindakan terpentingnya adalah mengembalikan sistem perpuluhan dan persembahan lainnya kepada para Lewi, para pelayan rumah Tuhan. Ayat ini secara spesifik menyoroti bulan ketujuh, sebuah periode yang mungkin berkaitan dengan musim panen atau perayaan penting. Pada bulan inilah orang-orang Lewi mulai menerima bagian mereka.
Inti dari ayat ini bukan sekadar rutinitas pengumpulan. Ia menekankan hasil dari ketaatan ini: "mereka datang dan memakannya sampai kenyang, dan mereka menumpukkannya dengan banyak di rumah TUHAN." Ini adalah gambaran yang kuat tentang berkat yang mengalir ketika umat Tuhan taat dalam memberikan apa yang menjadi hak Tuhan. Persepuluhan dan persembahan bukanlah beban, melainkan sarana agar para pelayan Tuhan dapat menjalankan tugas mereka dengan baik, dan yang lebih penting, agar rumah Tuhan dapat dipenuhi dan berlimpah.
Penyebutan nama Raja Hizkia dan Azarya (yang kemungkinan adalah kepala imam atau penatua penting di Bait Allah) menunjukkan bahwa keberhasilan pemulihan ini tidak lepas dari kepemimpinan yang saleh dan setia. Mereka tidak hanya memerintahkan, tetapi juga turut serta dalam memastikan bahwa sistem ini berjalan sebagaimana mestinya. Ketaatan mereka mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang hukum Tuhan dan pentingnya mendukung pekerjaan-Nya.
Kisah ini memberikan pelajaran berharga bagi kita. Di tengah kesibukan dan tantangan hidup, seringkali hal-hal rohani seperti memberi persembahan atau mendukung pekerjaan Tuhan terabaikan. Namun, 2 Tawarikh 31:7 mengingatkan kita bahwa ketika kita menempatkan Tuhan di tempat pertama, memberikan dengan sukacita dan ketaatan, janji-Nya akan berkat bukanlah sekadar kata-kata. Berkat tersebut bisa dalam bentuk kelimpahan materi, kedamaian batin, atau bahkan kesempatan yang lebih besar untuk terus melayani-Nya.
Lebih dari sekadar perpuluhan dalam bentuk materi, ayat ini juga berbicara tentang memberikan waktu, talenta, dan hati kita. Ketika kita menumpangkan segalanya kepada Tuhan dengan kesetiaan seperti yang ditunjukkan oleh umat pada masa Hizkia, kita membuka pintu bagi berkat-Nya yang melimpah dalam hidup kita, sama seperti Bait Allah yang dipenuhi dengan segala kebaikan.