2 Tawarikh 32:29

"Dan Hizkia membangun bagi dirinya sendiri banyak gudang, dan ia memperoleh banyak ternak domba dan kambing, serta sapi; karena Allah memberinya kekayaan yang berlimpah."
Kekayaan yang Berlimpah

Ilustrasi sederhana kekayaan dan aliran berkat.

Ayat 2 Tawarikh 32:29 mencatat sebuah momen penting dalam sejarah Hizkia, seorang raja Yehuda yang dikenal karena kesetiaannya kepada Tuhan dan reformasinya. Setelah menghadapi ancaman invasi dari Asyur dan mengalami mukjizat penyembuhan dari penyakit yang mengancam jiwanya, Hizkia diberikan anugerah berupa kemakmuran yang luar biasa. Ayat ini secara spesifik menyebutkan pembangunan gudang-gudang baru, peningkatan jumlah ternak domba, kambing, dan sapi. Ini bukan sekadar pertumbuhan materi semata, melainkan bukti nyata dari berkat Tuhan yang melimpah.

Pembangunan gudang-gudang menunjukkan perencanaan dan pengelolaan yang baik, suatu tanda kemajuan dan stabilitas dalam kerajaan. Namun, yang lebih krusial adalah sumber dari kemakmuran ini. Ayat ini dengan jelas menyatakan, "karena Allah memberinya kekayaan yang berlimpah." Ini menegaskan bahwa segala kemakmuran yang diperoleh Hizkia adalah pemberian langsung dari Tuhan, sebagai balasan atas ketaatan dan kepercayaannya.

Dalam konteks Perjanjian Lama, kekayaan dan kemakmuran seringkali dilihat sebagai tanda perkenanan ilahi dan berkat dari perjanjian. Bagi Hizkia, ini mungkin juga menjadi pengingat akan kekuatan dan kesetiaan Tuhan yang telah menyelamatkan kerajaannya dari kehancuran. Kemakmuran ini memungkinkannya untuk memperkuat kerajaannya, menyediakan sumber daya bagi rakyatnya, dan terus memuliakan Tuhan melalui persembahan dan ibadah yang lebih besar.

Kisah Hizkia mengajarkan kita bahwa kemakmuran sejati datang dari Tuhan. Ketika kita hidup dalam ketaatan kepada-Nya, berusaha untuk melakukan kehendak-Nya, dan menempatkan kepercayaan kita sepenuhnya kepada-Nya, Dia berjanji untuk memberkati kita. Berkat ini tidak selalu berarti kekayaan materi yang melimpah ruah, namun bisa dalam berbagai bentuk: kedamaian, kesehatan, hubungan yang baik, kecukupan, dan kemampuan untuk melayani sesama.

Penting untuk dicatat bahwa ayat ini tidak menganjurkan pencarian kekayaan semata-mata demi kekayaan itu sendiri. Fokus utamanya adalah hubungan yang benar dengan Tuhan. Ketika hubungan itu kokoh, berkat-berkat lain, termasuk kemakmuran, dapat mengikuti sebagai buah dari kesetiaan. Hizkia membangun gudang-gudang, mengumpulkan ternak, dan mengelola sumber dayanya, tetapi semua itu berakar pada pengakuan bahwa semua itu berasal dari anugerah Tuhan.

Kisah ini juga memberikan inspirasi bahwa di tengah berbagai tantangan dan kesulitan, termasuk ancaman dari luar seperti yang dihadapi Hizkia, Tuhan tetap setia untuk memberkati umat-Nya yang mencari Dia. Pengalaman Hizkia yang baru saja disembuhkan dari penyakitnya yang fatal dan kerajaan yang diselamatkan dari pengepungan Asyur, menjadi latar belakang yang memperkuat makna berkat yang diterimanya. Ini adalah janji harapan bahwa setelah masa-masa sulit, Tuhan mampu memulihkan dan bahkan melimpahkan lebih dari yang kita minta atau harapkan, asalkan kita tetap teguh dalam iman.