2 Tawarikh 4:4

"Dan mezbah itu terbuat dari perunggu, dua puluh hasta panjangnya dan dua puluh hasta lebarnya, dan sepuluh hasta tingginya."

Deskripsi Mezbah Perunggu

Ayat 2 Tawarikh 4:4 menggambarkan sebuah struktur monumental yang menjadi jantung dari ibadah di Bait Allah yang dibangun oleh Raja Salomo. Mezbah ini bukanlah struktur sembarangan, melainkan sebuah konstruksi perunggu yang sangat besar dan kokoh. Ukurannya yang mencapai dua puluh hasta panjangnya dan dua puluh hasta lebarnya, serta sepuluh hasta tingginya, menunjukkan keagungan dan skala ibadah yang diselenggarakan. Mezbah perunggu ini berfungsi sebagai tempat persembahan kurban bakaran yang merupakan elemen sentral dalam sistem ibadah Perjanjian Lama. Keberadaannya yang begitu megah menegaskan pentingnya pengorbanan sebagai cara umat Israel untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan memohon pengampunan serta berkat.

Signifikansi dalam Ibadah

Mezbah perunggu bukan hanya sekadar sebuah objek fisik, tetapi memiliki makna teologis yang mendalam. Dalam konteks Bait Allah di Yerusalem, mezbah ini menjadi titik fokus bagi seluruh umat Israel. Setiap kurban yang dipersembahkan di atasnya melambangkan penyerahan diri, penyucian, dan perjanjian antara umat manusia dengan Yang Maha Kuasa. Ukuran mezbah yang besar menunjukkan bahwa Tuhan menerima kurban dalam jumlah yang tidak sedikit, mencerminkan kemurahan hati-Nya dan kelimpahan rahmat-Nya. Hal ini juga dapat diartikan sebagai antisipasi terhadap pengorbanan yang lebih besar dan sempurna di masa depan, yaitu pengorbanan Yesus Kristus yang menjadi kurban pendamaian terakhir bagi dosa seluruh dunia.

Bahan dan Pengerjaan

Pembuatan mezbah dari perunggu sendiri menunjukkan keahlian pengerjaan yang luar biasa pada masa itu. Perunggu adalah logam yang kuat dan tahan lama, cocok untuk struktur yang akan digunakan secara terus-menerus dalam berbagai kondisi cuaca. Penggunaan perunggu sebagai bahan utama untuk mezbah juga memiliki simbolisme tersendiri. Dalam tradisi Alkitab, perunggu sering dikaitkan dengan penghakiman dan pemurnian. Hal ini selaras dengan fungsi mezbah sebagai tempat untuk menanggung dosa melalui pengorbanan. Kemegahan dan ketahanan mezbah perunggu ini menjadi saksi bisu akan dedikasi Raja Salomo dan seluruh umat Israel dalam membangun tempat yang kudus untuk penyembahan kepada Tuhan.

Relevansi Kontemporer

Meskipun konteks ibadah telah berubah seiring dengan kedatangan Yesus Kristus, prinsip-prinsip yang terkandung dalam gambaran mezbah perunggu ini tetap relevan. Pengorbanan Yesus di kayu salib adalah pemenuhan dari semua kurban yang dipersembahkan di mezbah perunggu. Saat ini, kita tidak lagi mempersembahkan hewan sebagai kurban dosa, melainkan kita dipanggil untuk mempersembahkan diri kita sebagai "kurban yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah" (Roma 12:1). Ini berarti menyerahkan hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan, hidup dalam ketaatan kepada firman-Nya, dan melayani sesama sebagai wujud penyembahan yang sejati. Mezbah perunggu yang megah mengingatkan kita akan harga pengorbanan yang telah dibayar untuk keselamatan kita, dan memotivasi kita untuk hidup dengan penuh syukur dan dedikasi kepada Tuhan.