2 Tawarikh 4:5

"Dan Laut Tangan itu besarnya sepuluh hasta dari tepinya sampai tepinya, kelilingnya bundar empat puluh hasta, dan tingginya lima hasta; talinya tiga puluh hasta mengelilinginya."

~10 Hasta 5 Hasta ~30 Hasta Laut Tangan
Visualisasi artistik Laut Tangan di Bait Allah

Ayat 2 Tawarikh 4:5 memberikan gambaran rinci mengenai salah satu elemen penting dalam pembangunan Bait Allah di Yerusalem, yaitu "Laut Tangan" atau bejana besar yang terbuat dari perunggu. Deskripsi ini bukan sekadar catatan teknis, melainkan membawa makna teologis dan simbolis yang mendalam bagi bangsa Israel pada masa itu.

Ukuran Laut Tangan yang disebutkan sangatlah monumental. Dengan diameter sepuluh hasta (sekitar 4.5 meter) dan keliling empat puluh hasta (sekitar 18 meter), serta kedalaman lima hasta (sekitar 2.25 meter), bejana ini jelas dirancang untuk kapasitas yang luar biasa. Kapasitasnya diperkirakan dapat menampung sekitar 2.000 hingga 3.000 bat (satu bat kira-kira setara 22 liter) air. Angka ini menunjukkan bahwa Laut Tangan bukan sekadar wadah biasa, melainkan fasilitas vital untuk keperluan ritual penyucian imam-imam sebelum mereka memasuki tempat kudus untuk melayani Tuhan.

Dalam tradisi Yahudi, kebersihan dan kemurnian sangat ditekankan dalam ibadah kepada Allah. Imam yang akan masuk ke hadirat Tuhan haruslah tersuci, baik secara lahiriah maupun rohaniah. Laut Tangan yang besar ini menyediakan sarana yang memadai bagi para imam untuk membasuh tangan dan kaki mereka, membersihkan diri dari segala kenajisan yang mungkin menempel dari aktivitas sehari-hari, sehingga mereka dapat menghadap Allah dengan layak dan hormat.

Penyebutan tentang "tali tiga puluh hasta mengelilinginya" kemungkinan merujuk pada ketebalan atau mungkin ukiran hiasan yang melingkari bejana tersebut. Apapun interpretasinya, ini semakin menegaskan keindahan dan kemegahan Laut Tangan, yang dibuat dengan cermat oleh pengrajin ulung, Hiram dari Tirus, atas perintah Raja Salomo. Pembangunan Bait Allah merupakan puncak kemakmuran dan keagungan Israel di bawah pemerintahan Salomo, dan Laut Tangan adalah salah satu permata mahkotanya.

Lebih dari sekadar fungsi praktis, Laut Tangan juga menjadi simbol pemurnian rohani. Air yang mengalir di dalamnya melambangkan anugerah Allah yang menyucikan umat-Nya dari dosa. Bagi umat percaya, gambaran ini dapat mengingatkan kita akan kebutuhan akan pembersihan hati dan pikiran secara terus-menerus agar dapat hidup berkenan di hadapan Tuhan. Ayat ini menggarisbawahi pentingnya kesucian dalam beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah.