2 Tawarikh 5:11 - Kemuliaan Tuhan Memenuhi Bait Allah

"Dan ketika para imam keluar dari tempat kudus, sementara para imam yang hadir, baik yang melayani maupun yang tidak, semuanya berseru dengan suara keras bersama-sama dengan para penyanyi, memperdengarkan suara mereka, sambil memuji TUHAN, 'Sebab Dia baik, sebab kasih setia-Nya untuk selama-lamanya.'"

Simbol Kemuliaan dan Kehadiran Tuhan

Ayat 2 Tawarikh 5:11 menggambarkan sebuah momen yang luar biasa dalam sejarah Israel, yaitu saat Tabut Perjanjian diletakkan di tempatnya yang baru dan kudus di dalam Bait Allah yang baru dibangun oleh Salomo. Peristiwa ini bukan sekadar upacara keagamaan biasa; ia adalah puncak dari penyembahan, pengabdian, dan manifestasi kehadiran ilahi yang begitu kuat hingga memenuhi seluruh bangunan. Para imam, yang bertugas mengurapi, menyelesaikan tugas mereka dengan khidmat. Namun, setelah mereka keluar dari tempat yang paling suci, sukacita dan pujian tidak berhenti. Sebaliknya, sukacita itu meledak dalam sebuah koor pujian yang menggema.

Kita membaca bahwa "para imam yang hadir, baik yang melayani maupun yang tidak, semuanya berseru dengan suara keras bersama-sama dengan para penyanyi, memperdengarkan suara mereka, sambil memuji TUHAN." Ini menunjukkan persatuan dan keterlibatan seluruh umat yang hadir dalam ibadah tersebut. Bukan hanya para pemimpin rohani, tetapi semua yang ada di sana turut ambil bagian dalam luapan syukur dan pujian. "Suara keras" menandakan antusiasme, kebebasan, dan pengakuan yang tulus akan kebesaran Tuhan.

Pujian yang mereka nyanyikan berbunyi, "Sebab Dia baik, sebab kasih setia-Nya untuk selama-lamanya." Inti dari penyembahan mereka adalah pengakuan terhadap karakter Allah yang tak berubah: kebaikan-Nya yang abadi dan kasih setia-Nya yang tak pernah berakhir. Ini adalah kebenaran fundamental yang menjadi dasar iman mereka, sebuah kebenaran yang terus relevan bagi kita hingga hari ini. Ketika kita merenungkan kasih setia Tuhan, kita diingatkan akan janji-janji-Nya yang tak pernah gagal, pemeliharaan-Nya yang konstan, dan pengampunan-Nya yang selalu tersedia.

Ketika Tabut Perjanjian ditempatkan di Bait Suci, firman Tuhan mencatat di ayat sebelumnya (2 Tawarikh 5:13-14) bahwa mendung, atau kemuliaan Tuhan, memenuhi rumah itu, sehingga para imam tidak dapat berdiri untuk melayani. Kemuliaan Tuhan yang nyata itu menjadi saksi bisu dari kehadiran-Nya yang melingkupi. Namun, suara pujian yang keluar dari ayat 11 ini menunjukkan bahwa kehadiran Tuhan tidak hanya memukau dan membuat gentar, tetapi juga membangkitkan respons penuh sukacita dan apresiasi dari umat-Nya.

Ayat ini mengingatkan kita akan pentingnya pujian dan penyembahan dalam kehidupan iman. Bukan sekadar rutinitas, melainkan ekspresi hati yang mengakui keagungan dan kebaikan Tuhan. Dalam kesibukan dunia modern, mudah sekali kita terjebak dalam kekhawatiran dan kesibukan sehari-hari. Namun, merenungkan kebaikan Tuhan dan kasih setia-Nya, seperti yang dilakukan oleh umat Israel di Bait Suci, dapat mengalihkan fokus kita dari masalah kepada Sang Pemecah masalah. Kemuliaan Tuhan tidak hanya memenuhi Bait Suci di masa lalu, tetapi juga siap memenuhi hati kita yang bersedia memuji dan meninggikan nama-Nya. Kebaikan-Nya yang abadi adalah sumber kekuatan dan sukacita yang tak pernah habis.