2 Tawarikh 5:3 - Kemuliaan Allah Memenuhi Bait Suci

"Dan raja Hizkia dan seluruh umat memohon kepada Allah agar ia memelihara mereka, sebab mereka telah membawa korban bakaran kepada TUHAN, lembu sapi dua belas ekor, domba jantan dua belas ekor, dan anak domba seratus ekor; semuanya itu dijadikan korban bakaran bagi TUHAN."

Syukur

Simbol kemurnian dan pengabdian.

Ayat 2 Tawarikh 5:3 membawa kita pada momen penting dalam sejarah Israel, sebuah gambaran yang memukau tentang ibadah yang tulus dan respons ilahi. Konteks ayat ini adalah saat raja Hizkia, setelah menerima kembali tabut perjanjian yang telah lama tersingkir, memimpin seluruh umat Israel dalam sebuah perayaan penebusan dosa dan pemulihan ibadah yang penuh semangat di hadapan TUHAN. Bait Allah, yang telah dinajiskan dan ditinggalkan dalam jangka waktu yang cukup lama, kini dibersihkan dan dipulihkan kembali fungsinya yang sakral.

Apa yang digambarkan dalam ayat ini adalah persiapan yang matang sebelum pemulihan ibadah yang sesungguhnya. Hizkia dan seluruh rakyat tidak hanya sekadar berkumpul, tetapi mereka membawa persembahan yang begitu banyak dan beragam. Dua belas lembu sapi, dua belas domba jantan, dan seratus ekor anak domba bukanlah jumlah yang sedikit. Persembahan ini melambangkan kelimpahan, kesempurnaan, dan pengorbanan yang tulus dari seluruh umat Israel.

Penting untuk dipahami bahwa persembahan ini bukanlah sekadar ritual kosong. Di balik angka-angka itu terkandung makna pengakuan dosa, kerinduan akan pemulihan hubungan dengan Allah, dan kesadaran akan ketidaklayakan diri sendiri. Mereka memohon agar Allah berkenan memelihara mereka, sebuah permohonan yang lahir dari kesadaran akan ketergantungan total mereka kepada Sang Pencipta. Ini adalah bentuk ibadah yang sejati: hati yang rendah hati, pengakuan akan kelemahan, dan penyerahan diri sepenuhnya kepada kehendak dan belas kasihan Allah.

Respons Allah terhadap ibadah yang tulus ini pun luar biasa. Meskipun ayat ini secara spesifik menyebutkan jumlah persembahan dan permohonan, dalam konteks pasal 5, kita tahu bahwa puncak dari pemulihan ibadah ini adalah kehadiran kemuliaan Allah yang memenuhi Bait Suci. Asap yang mengepul dari mezbah korban bakaran, doa yang naik dari hati, dan pujian yang bergema adalah persembahan yang paling utama bagi Allah. Ayat ini mengajarkan bahwa ketika umat-Nya datang dengan hati yang benar, penuh penyesalan dan kerinduan untuk menyembah, Allah akan hadir dengan caranya yang penuh kuasa dan keagungan.

Pesan dari 2 Tawarikh 5:3 relevan hingga kini. Ia mengingatkan kita bahwa ibadah yang berkenan di hadapan Allah bukanlah sekadar kebiasaan atau rutinitas. Ia menuntut penyerahan hati, pengakuan dosa, dan kerinduan yang mendalam untuk dekat dengan-Nya. Setiap persembahan, setiap doa, dan setiap pujian yang kita naikkan, jika berasal dari hati yang tulus, akan diterima oleh Allah dan dapat mendatangkan kehadiran-Nya di tengah-tengah kita. Kemuliaan Allah tidak hanya memenuhi Bait Suci di masa lalu, tetapi Ia juga siap memenuhi hati dan kehidupan kita saat ini, jika kita mau membuka diri dan menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.