2 Tawarikh 6 21

"Berilah kiranya Engkau mendengar dari surga, dari tempat kediaman-Mu yang berikut, permohonan hamba-Mu dan umat-Mu Israel, apabila mereka berdoa di tempat ini. Dengarlah kiranya dari surga, tempat kediaman-Mu, dan apabila Engkau mendengar, ampunilah."

Doa Salomo dan Makna Mendalamnya

Ayat 2 Tawarikh 6:21 merupakan bagian dari doa pengudusan Bait Suci yang dipanjatkan oleh Raja Salomo. Ayat ini mencerminkan kedalaman iman dan kerendahan hati Salomo di hadapan Tuhan. Ia memohon agar Tuhan berkenan mendengar setiap doa yang dinaikkan oleh umat-Nya, khususnya di tempat yang kudus ini. Permohonan ini bukan sekadar permintaan biasa, melainkan sebuah pengakuan atas kedaulatan Tuhan dan harapan akan belas kasih-Nya.

Penting untuk memahami konteks dari ayat ini. Bait Suci yang didirikan oleh Salomo adalah pusat penyembahan dan persekutuan umat Israel dengan Tuhan. Dalam ayat ini, Salomo secara spesifik memohon agar Tuhan mendengar doa-doa yang dinaikkan dari surga, tempat kediaman-Nya yang mulia. Ini menunjukkan kesadaran bahwa Tuhan, meskipun bersemayam di tempat yang maha tinggi, tidak pernah jauh dari umat-Nya yang berseru kepada-Nya.

Permohonan untuk Pendengaran dan Pengampunan

Fokus utama dari 2 Tawarikh 6:21 adalah dua hal penting: pendengaran dan pengampunan. Salomo memohon agar Tuhan "mendengar kiranya dari surga". Ini bukan sekadar mendengar suara, melainkan mendengar dengan penuh perhatian, memahami, dan merespons setiap permohonan yang tulus. Kehadiran Tuhan di surga menjadi jaminan bahwa doa-doa tersebut tidak akan luput dari perhatian-Nya.

Lebih lanjut, ayat ini mengungkapkan harapan yang lebih besar: "dan apabila Engkau mendengar, ampunilah." Permohonan pengampunan ini sangat krusial. Manusia, sebagai ciptaan yang tidak sempurna, seringkali jatuh dalam dosa. Melalui doa, umat Tuhan menyatakan kerinduan untuk diperdamaikan kembali dengan Sang Pencipta. Doa Salomo menegaskan bahwa pengampunan adalah anugerah ilahi yang diberikan sebagai respons atas doa yang penuh penyesalan dan iman. Ini menjadi landasan bagi hubungan yang sehat antara manusia dan Tuhan.

Dalam ajaran Kristen, ayat ini sering dikaitkan dengan Yesus Kristus. Yesus sendiri mengajarkan tentang pentingnya berdoa dan meyakinkan murid-murud-Nya bahwa Bapa di surga akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang memohon kepada-Nya (Lukas 11:13). Doa Salomo menjadi gambaran awal dari apa yang kemudian digenapi dalam Kristus, yaitu akses yang terbuka kepada Tuhan melalui doa, serta pengampunan dosa yang sempurna melalui pengorbanan-Nya.

Penerapan dalam Kehidupan Kontemporer

Bagi kita di zaman modern, 2 Tawarikh 6:21 tetap relevan. Ayat ini mengingatkan kita bahwa Tuhan adalah pendengar doa yang setia. Tidak peduli di mana kita berada atau seberapa besar masalah yang kita hadapi, Tuhan selalu siap mendengar. Keterbatasan kita sebagai manusia seharusnya tidak menghalangi kita untuk mendekat kepada-Nya. Sebaliknya, kerendahan hati dalam berdoa dan permohonan akan pengampunan justru menjadi kunci untuk mempererat hubungan dengan-Nya.

Mempelajari ayat ini juga mengajarkan kita tentang sifat Tuhan yang penuh kasih dan pengampunan. Ia tidak menghakimi dengan keras, melainkan menawarkan kesempatan untuk pertobatan dan pemulihan. Oleh karena itu, mari kita senantiasa datang kepada Tuhan dengan hati yang tulus, memohon pendengaran atas doa-doa kita, dan menerima pengampunan-Nya yang selalu tersedia. Melalui iman dan doa, kita dapat mengalami hadirat-Nya yang menenangkan dan kekuatan-Nya yang memulihkan.