"Telah terpilih TUHAN banyak dari antara segala kaum Israel untuk mendirikan rumah, tempat nama-Ku akan diam. Tetapi Aku memilih Daud untuk menjadi raja atas seluruh umat-Ku Israel."
Simbol Pilihan dan Perjalanan Tuhan
Ayat 2 Tawarikh 6:5 merupakan bagian dari doa Salomo yang sangat mendalam saat ia mempersembahkan Bait Allah yang baru saja selesai dibangun kepada Tuhan. Perkataan ini tidak hanya mengungkapkan rasa syukur, tetapi juga menyoroti kebesaran dan kedaulatan Tuhan dalam memilih umat-Nya dan tempat kediaman-Nya. Salomo memulai doanya dengan pengakuan yang agung, menyatakan bahwa Tuhan sendirilah yang telah memilih dari sekian banyak suku dan kaum di Israel. Ini bukan pilihan yang acak, melainkan sebuah tindakan kehendak ilahi yang disengaja.
Pemilihan ini memiliki dua fokus utama yang diutarakan Salomo. Pertama, Tuhan memilih untuk mendirikan rumah, sebuah tempat fisik yang akan dikhususkan untuk nama-Nya. Bait Allah di Yerusalem ini bukan sekadar bangunan megah, melainkan pusat spiritual bagi bangsa Israel, tempat mereka dapat beribadah, memohon ampun, dan mengalami hadirat Tuhan. Keberadaan Bait Allah menjadi simbol nyata dari komitmen Tuhan untuk tinggal bersama umat-Nya, meskipun dalam wujud yang dapat dijangkau oleh indra manusia. Salomo menekankan bahwa keputusan ini datang dari Tuhan sendiri, menegaskan bahwa Bait Suci ini adalah anugerah, bukan pencapaian manusia semata.
Fokus kedua, dan yang mungkin lebih personal, adalah pemilihan Daud. Salomo dengan bangga menyatakan bahwa Tuhan memilih Daud untuk menjadi raja atas seluruh umat Israel. Ini adalah pengakuan terhadap warisan yang diterima Salomo. Ia adalah putra Daud, dan takhtanya serta kehormatan yang ia miliki saat itu adalah hasil dari pilihan Tuhan terhadap ayahnya. Pemilihan Daud bukanlah sekadar penempatan seorang pemimpin, melainkan penegasan mengenai garis keturunan mesianik yang akan datang, yang puncaknya akan datang dari keturunan Daud. Ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak hanya peduli pada tempat ibadah, tetapi juga pada kepemimpinan yang saleh dan berkelanjutan bagi umat-Nya.
Dalam konteks yang lebih luas, ayat ini mengajarkan kita tentang sifat pilihan Tuhan. Pilihan Tuhan seringkali tidak berdasarkan kehebatan atau kelayakan manusia, melainkan berdasarkan kehendak dan rencana-Nya yang sempurna. Salomo menyadari bahwa pembangunan Bait Allah yang luar biasa dan kepemimpinan Daud adalah buah dari campur tangan ilahi. Ini seharusnya menginspirasi umat beriman untuk selalu bersyukur atas apa yang telah Tuhan berikan dan lakukan, serta menaruh kepercayaan penuh pada rencana-Nya yang kekal.
Lebih lanjut, ayat ini menggemakan prinsip bahwa semua yang baik datang dari Tuhan. Baik itu tempat di mana nama-Nya dihormati, maupun orang yang dipercayakan untuk memimpin umat-Nya, semuanya adalah karunia dari Sumber Kehidupan itu sendiri. Doa Salomo di Bait Suci ini menjadi teladan bagi kita untuk mengakui kedaulatan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan, baik dalam persekutuan kita dengan sesama, maupun dalam kepemimpinan yang kita jalani. Kesadaran akan pilihan ilahi ini seharusnya menumbuhkan kerendahan hati, rasa syukur yang mendalam, dan komitmen yang teguh untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan.
Pilihan Tuhan untuk mendiami tempat tertentu dan memilih pemimpin tertentu adalah bukti nyata dari kasih dan kesetiaan-Nya kepada umat-Nya. Kita diingatkan bahwa di balik setiap peristiwa penting dalam sejarah keselamatan, ada tangan Tuhan yang bekerja, memilih dan mengatur segala sesuatunya demi kebaikan umat-Nya. Inilah inti dari 2 Tawarikh 6:5 – sebuah pengakuan akan kebesaran Tuhan dalam memilih dan mendirikan rencana-Nya yang mulia.