Dan dengan perintah Hizkia, raja, adalah ditetapkan bagi para imam dan orang Lewi pembagian tugas mereka dalam ibadah di rumah TUHAN, dan bagi para imam dan orang Lewi, baik tugas dalam ibadah untuk mempersembahkan korban bakaran kepada TUHAN, seperti yang tertulis dalam kitab Taurat TUHAN, maupun tugas dalam menjaga pintu-pintu, seperti yang diperintahkan oleh Daud, dan bagi orang Lewi pula tugas untuk memuji TUHAN dengan nyanyian-nyanyian, seperti yang dilakukan oleh Daud.
Simbol ketaatan dan puji-pujian kepada Tuhan
Ayat 2 Tawarikh 8:18 membawa kita pada sebuah gambaran detail mengenai organisasi dan pelaksanaan ibadah di Bait Allah pada masa Raja Hizkia. Periode pemerintahan Hizkia dikenal sebagai masa pemulihan dan pemurnian ibadah setelah masa-masa yang kurang taat sebelumnya. Ayat ini secara spesifik menyoroti tiga aspek penting dalam tatanan ibadah yang ditetapkan, yang semuanya berakar pada firman Tuhan dan ketetapan para pemimpin rohani sebelumnya.
Pembagian Tugas yang Teratur
Inti dari ayat ini adalah tentang pembagian tugas yang jelas dan terstruktur. Raja Hizkia, yang bertindak berdasarkan pimpinan rohani dan firman Tuhan, memastikan bahwa baik para imam maupun orang Lewi memiliki peran yang spesifik dalam menjalankan fungsi Bait Allah. Ini menunjukkan pentingnya keteraturan dan disiplin dalam menyembah Tuhan. Setiap elemen ibadah, mulai dari persembahan hingga pujian, dijalankan dengan sengaja dan terorganisir.
Tugas Para Imam dan Orang Lewi
Ayat ini membagi tugas tersebut menjadi beberapa kategori:
Pentingnya Ketaatan pada Perintah
Poin krusial yang dapat diambil dari 2 Tawarikh 8:18 adalah betapa pentingnya ketaatan pada perintah Tuhan dan ketetapan yang telah diberikan. Hizkia tidak menciptakan tatanan baru secara sembarangan, melainkan menata ulang dan menghidupkan kembali apa yang telah diperintahkan dalam Taurat dan dilanjutkan oleh Daud. Ini mengajarkan kita bahwa ibadah yang berkenan di hadapan Tuhan adalah ibadah yang didasarkan pada Firman-Nya dan dilakukan dengan hati yang taat dan tertib.
Dalam konteks kekinian, ayat ini mengingatkan kita untuk tidak hanya datang beribadah, tetapi juga melakukannya dengan pemahaman akan peran kita, dengan hati yang bersukacita dalam pujian, dan dengan rasa hormat terhadap kekudusan Tuhan. Keteraturan dan dedikasi dalam setiap aspek ibadah adalah cerminan dari hati yang mengutamakan Tuhan di atas segalanya.