2 Tawarikh 9:17

"Juga sebuah mimbar batu tiga tingkat yang dibuat oleh raja Salomo, yang diletakkan di tengah-tengah pelataran. Kaki depannya dibuat dari batu, sedang tangga ke atasnya dibuat dari kayu terbaik."

Kekayaan & Hikmat Ilahi Mimbar Tiga Tingkat Salomo Emas Permata

Ayat 2 Tawarikh 9:17 menggambarkan sebuah struktur monumental yang dibangun pada masa pemerintahan Raja Salomo. Disebutkan adanya "sebuah mimbar batu tiga tingkat" yang memiliki detail konstruksi yang menarik. Mimbar ini bukan sekadar tempat berdiri, melainkan sebuah perwujudan dari keagungan dan kemegahan era Salomo, yang dikenal sebagai masa keemasan Kerajaan Israel.

Deskripsi "tiga tingkat" menunjukkan kedalaman dan kompleksitas arsitektur yang dibangun. Hal ini bisa diinterpretasikan secara harfiah sebagai tingkatan fisik yang memungkinkan seseorang naik ke tempat yang lebih tinggi, atau secara simbolis merepresentasikan hierarki dan tingkatan wibawa. Penempatannya "di tengah-tengah pelataran" menegaskan posisinya yang sentral, mudah dilihat, dan menjadi fokus perhatian.

Lebih lanjut, ayat ini merinci bahan pembuatannya: "Kaki depannya dibuat dari batu, sedang tangga ke atasnya dibuat dari kayu terbaik." Penggunaan batu untuk kaki depan memberikan fondasi yang kokoh dan permanen, sementara pilihan "kayu terbaik" untuk tangga menunjukkan perhatian pada detail estetika dan kualitas. Kayu terbaik seringkali diasosiasikan dengan kemewahan, kekuatan, dan keindahan, seperti kayu aras (cedar) yang sering disebut dalam Alkitab sebagai simbol kemuliaan.

Makna dan Interpretasi

Konteks 2 Tawarikh 9:17 berada dalam catatan kekayaan dan kemuliaan Raja Salomo. Mimbar ini kemungkinan besar digunakan untuk berbagai keperluan, seperti tempat Raja Salomo memberikan pengajaran, menyampaikan titah, atau bahkan melakukan ritual ibadah. Posisi sentralnya di pelataran juga mengisyaratkan fungsinya sebagai pusat otoritas dan kekuasaan.

Kombinasi batu dan kayu terbaik dalam satu struktur memberikan gambaran tentang bagaimana Salomo memadukan kekuatan yang abadi (batu) dengan keindahan dan kehalusan (kayu terbaik). Ini bisa menjadi metafora bagi pemerintahan Salomo itu sendiri, yang dibangun di atas fondasi hukum dan keadilan (batu), namun dihiasi dengan kemakmuran, seni, dan kebijaksanaan (kayu terbaik).

Ayat ini juga mengingatkan kita pada karunia hikmat dan kekayaan yang dianugerahkan Tuhan kepada Salomo. Kemampuannya untuk merancang dan membangun struktur seperti mimbar ini adalah bukti dari keahlian dan visi yang luar biasa. Ini bukan hanya sekadar bangunan fisik, tetapi juga simbol dari pencapaian dan warisan Salomo yang luar biasa. Penggambaran detail dalam ayat ini membantu kita memvisualisasikan kemegahan Bait Suci dan istana yang dibangun pada masanya, yang mencerminkan kemuliaan Tuhan.

Dengan demikian, 2 Tawarikh 9:17 bukan hanya sekadar deskripsi arsitektur, tetapi juga sebuah narasi tentang kepemimpinan yang efektif, anugerah ilahi, dan penciptaan warisan yang membanggakan. Struktur mimbar ini menjadi pengingat akan masa ketika Israel berada di puncak kejayaannya, dipimpin oleh seorang raja yang diberkati dengan hikmat dan sumber daya yang melimpah.