"Ia membawa kuda-kuda dari Mesir, dan barang-barang dagangan dari segala negeri."
Ilustrasi: Ilustrasi abstrak yang menggambarkan pergerakan dan kemakmuran.
Ayat 2 Tawarikh 9 28 merupakan salah satu catatan penting yang menggambarkan puncak kejayaan Raja Salomo, tidak hanya dalam hal pembangunan fisik dan spiritual, tetapi juga dalam kekayaan materiil yang melimpah. Kutipan ini secara ringkas menyoroti aspek penting dari kemakmuran kerajaan Israel di bawah pemerintahannya, yaitu melalui perdagangan yang luas. Frasa "Ia membawa kuda-kuda dari Mesir, dan barang-barang dagangan dari segala negeri" membuka jendela untuk memahami jangkauan pengaruh dan kekuatan ekonomi Salomo.
Mesir pada masa itu dikenal sebagai pusat kekuatan maritim dan perdagangan yang signifikan di wilayah tersebut. Kuda dari Mesir bukan hanya simbol kekayaan, tetapi juga kekuatan militer yang penting pada zaman itu. Memiliki akses dan kemampuan untuk mengimpor kuda dari sana menunjukkan bahwa Salomo memiliki hubungan diplomatik dan komersial yang kuat dengan salah satu negara adidaya di zamannya. Ini memungkinkan dia untuk memperkuat angkatan bersenjatanya, yang pada gilirannya berkontribusi pada stabilitas dan keamanan kerajaannya.
Lebih dari sekadar kuda, ayat ini juga menyebutkan "barang-barang dagangan dari segala negeri." Ini menyiratkan jaringan perdagangan yang sangat luas dan beragam. Kerajaan Salomo tidak hanya mengimpor, tetapi juga kemungkinan besar mengekspor hasil bumi, kerajinan tangan, dan komoditas lainnya. Hal ini mencerminkan kemampuannya dalam mengelola sumber daya dan menjalin hubungan dengan berbagai bangsa, dari Afrika Utara hingga mungkin wilayah Asia dan Eropa. Keterbukaan terhadap "segala negeri" ini menandakan era globalisasi kuno, di mana pertukaran barang dan budaya menjadi bagian integral dari kehidupan kerajaan.
Kemakmuran yang digambarkan dalam 2 Tawarikh 9 28 tidak terlepas dari kebijaksanaan Salomo yang dianugerahkan Tuhan, serta perdamaian yang ia nikmati. Keamanan yang terjamin memungkinkan perdagangan berkembang pesat. Kekayaan yang terkumpul kemudian tidak hanya digunakan untuk keperluan pribadi raja, tetapi juga untuk membiayai proyek-proyek megah yang membangun Bait Suci, istananya, serta kota-kota di seluruh Israel. Ini adalah bukti bahwa kemakmuran materiel dalam konteks Alkitab seringkali terkait erat dengan kemampuan untuk melakukan kebaikan dan melayani Tuhan serta umat-Nya.
Ayat ini menjadi pengingat bahwa kekayaan dan kemakmuran dapat dicapai melalui strategi yang cerdas, hubungan internasional yang baik, dan pengelolaan sumber daya yang bijaksana. Namun, konteks yang lebih luas dari Kitab Tawarikh mengingatkan kita untuk tidak melihat kekayaan hanya sebagai tujuan akhir, melainkan sebagai sarana yang dapat digunakan untuk kemuliaan Tuhan dan kesejahteraan banyak orang. Pengalaman Salomo, dengan segala kemuliaan dan akhirnya kerentanannya, menawarkan pelajaran berharga tentang keseimbangan antara kekuatan duniawi dan kesetiaan spiritual.