"Kasih karunia Yesus Kristus, Tuhan kita, menyertai kamu sekalian."
Ayat penutup dari Surat 2 Tesalonika, yaitu 2 Tesalonika 3:18, mengandung sebuah doa dan berkat yang begitu dalam dan penuh makna. Dalam kesibukan dan tantangan hidup sehari-hari, seringkali kita merindukan kehadiran dan anugerah Tuhan yang menopang. Ayat ini menjadi pengingat yang indah bahwa berkat Tuhan senantiasa menyertai orang-orang yang percaya, memberikan kekuatan, penghiburan, dan harapan.
Surat 2 Tesalonika sendiri ditulis oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Tesalonika. Jemaat ini menghadapi berbagai kesulitan, termasuk penganiayaan, kesalahpahaman mengenai kedatangan Kristus yang kedua, dan isu-isu internal terkait kedisiplinan. Di tengah kompleksitas tersebut, Paulus senantiasa menekankan pentingnya iman, kasih, dan ketekunan.
Ketika kita merenungkan frasa "Kasih karunia Yesus Kristus, Tuhan kita, menyertai kamu sekalian," kita diajak untuk memahami inti dari janji ilahi. Kasih karunia, atau 'charis' dalam bahasa Yunani, bukanlah sesuatu yang bisa kita peroleh karena usaha atau jasa kita sendiri. Sebaliknya, ini adalah anugerah cuma-cuma dari Tuhan, pemberian yang tak ternilai yang ditawarkan melalui pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib. Anugerah inilah yang mendamaikan kita dengan Tuhan, memberikan pengampunan dosa, dan membuka jalan bagi hubungan yang intim dengan-Nya.
Pentingnya ayat ini terletak pada penekanan bahwa berkat ini "menyertai kamu sekalian." Ini bukan sekadar harapan, melainkan sebuah kepastian bagi setiap orang percaya. Dalam setiap situasi, baik saat kita bersukacita maupun berduka, saat kita merasa kuat maupun lemah, kasih karunia Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Ia hadir untuk memberi kekuatan saat kita lelah, kebijaksanaan saat kita bingung, dan penghiburan saat kita terluka. Kasih karunia ini adalah sumber daya spiritual yang tak ada habisnya, yang memungkinkan kita untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan.
Bagaimana kita dapat mengalami penyertaan kasih karunia ini dalam kehidupan kita? Pertama, dengan mengakui bahwa kita membutuhkannya. Kesadaran akan ketergantungan kita pada Tuhan adalah langkah awal. Kedua, dengan menerima anugerah tersebut melalui iman. Percaya bahwa Yesus telah menebus dosa-dosa kita dan bahwa Tuhan menawarkan kasih karunia-Nya adalah kunci. Ketiga, dengan terus menerus mencari hadirat Tuhan melalui doa, pembacaan Firman-Nya, dan persekutuan dengan sesama orang percaya. Semakin kita mendekat kepada-Nya, semakin kita akan merasakan dan mengalami penyertaan kasih karunia-Nya yang tak terhingga.
2 Tesalonika 3:18 bukanlah sekadar penutup surat, melainkan sebuah fondasi spiritual yang kuat. Ini adalah janji yang terus relevan di setiap zaman, mengingatkan kita bahwa dalam Yesus Kristus, kita memiliki sumber kasih karunia yang melimpah yang akan menyertai kita di setiap langkah perjalanan hidup kita. Biarlah berkat ini menjadi sumber kekuatan dan sukacita Anda hari ini dan selamanya.