2 Timotius 3:8 - Menghadapi Penolakan Iman

"Dan sebagaimana Yanes dan Yambres juga melawan Musa, demikian juga mereka ini menolak kebenaran, yaitu orang-orang yang akalnya sudah rusak dan iman­nya tidak tahan uji."

Ayat ini, yaitu 2 Timotius 3:8, memberikan sebuah gambaran yang tajam mengenai realitas penolakan terhadap kebenaran ilahi. Paulus, dalam suratnya kepada Timotius, mengutip contoh Yanes dan Yambres, dua tokoh dalam tradisi Yahudi yang dipercaya sebagai penyihir Mesir yang menentang Musa saat bangsa Israel diperbudak di Mesir. Perjuangan Musa melawan mereka merupakan metafora kuat untuk pertempuran abadi antara kebenaran Allah dan kekuatan kebohongan serta penolakan.

Pesan inti dari ayat ini adalah bahwa para penentang kebenaran, seperti Yanes dan Yambres di masa lalu, selalu hadir dalam sejarah. Mereka tidak hanya menolak kebenaran, tetapi juga menunjukkan ciri-ciri yang meresahkan: "akal­nya sudah rusak" dan "imannya tidak tahan uji." Frasa "akal­nya sudah rusak" mengindikasikan adanya distorsi dalam pemikiran, kemampuan bernalar yang menyimpang dari prinsip-prinsip yang benar, dan cenderung untuk memutarbalikkan fakta demi kepentingan pribadi atau ideologi mereka. Mereka mungkin tampak cerdas, namun kecerdasan mereka digunakan untuk tujuan yang keliru, menolak otoritas kebenaran yang murni.

Simbol: Kebenaran yang teguh dan cahaya panduan.

Selanjutnya, dikatakan bahwa "imannya tidak tahan uji." Ini berarti bahwa meskipun mereka mungkin mengaku memiliki keyakinan atau prinsip, keyakinan tersebut tidak kokoh. Ketika dihadapkan pada ujian, godaan, atau tekanan, iman mereka runtuh. Hal ini bisa berarti iman mereka tidak didasarkan pada kebenaran yang sejati, atau hati mereka belum sungguh-sungguh menyerah pada kehendak Allah. Iman yang tidak tahan uji adalah iman yang dangkal, mudah goyah, dan akhirnya akan mengarah pada penolakan terhadap hal-hal yang rohani dan kekal.

Dalam konteks yang lebih luas, ayat ini mengingatkan kita bahwa perlawanan terhadap kebenaran bukanlah fenomena baru. Sejak zaman kuno, ada individu dan kelompok yang secara aktif menentang ajaran Allah. Penting bagi umat percaya untuk mengenali tanda-tanda penolakan ini dan untuk memperkuat diri sendiri. Paulus mendorong Timotius, dan melalui dia, kita semua, untuk memiliki iman yang tahan uji, yang bertumbuh melalui pengujian dan yang tetap teguh di hadapan segala bentuk penentangan. Dengan demikian, kita dapat terus berdiri teguh dalam kebenaran, sekalipun menghadapi tantangan dari mereka yang akal­nya rusak dan imannya tidak tahan uji.