Ayub 13:20

"Hanya dua hal ini, ya Allah, lakukanlah kepadaku, janganlah Kau sembunyikan wajah-Mu dari padaku, dan janganlah Kau biarkan aku mati karena siksa-Mu."
Hope

Simbol harapan dan pencarian cahaya

Kitab Ayub merupakan sebuah eksplorasi mendalam tentang penderitaan yang tidak terduga dan tak terjelaskan. Di tengah badai cobaan yang menerpa, Ayub, seorang hamba Tuhan yang saleh, bergumul dengan pertanyaan-pertanyaan fundamental tentang keadilan ilahi, penderitaan, dan keberadaan-Nya. Pasal 13, ayat 20, menyuarakan inti dari kerinduan dan permohonan Ayub, sebuah doa yang menggugah hati di tengah keputusasaan. Ayat ini bukan sekadar ungkapan kelelahan fisik dan batin, melainkan sebuah pengakuan akan kebutuhan mutlak akan kehadiran Tuhan, bahkan ketika segala sesuatu terasa gelap.

Permohonan Ayub, "janganlah Kau sembunyikan wajah-Mu dari padaku," mengindikasikan bahwa hal yang paling menyakitkan dalam penderitaannya bukanlah rasa sakit fisik semata, tetapi perasaan ditinggalkan dan terputus dari sumber kehidupan dan penghiburan, yaitu Tuhan. Dalam bahasa modern, ini bisa diartikan sebagai kehilangan arah, tujuan, dan rasa aman. Ketika Tuhan menyembunyikan wajah-Nya, itu berarti Dia tidak lagi memberikan tanda-tanda kehadiran-Nya, tidak lagi memberikan jawaban atas doa, dan seolah-olah dia berpaling dari penderitaan hamba-Nya. Ini adalah bentuk isolasi spiritual yang paling mengerikan.

Selanjutnya, Ayub memohon, "dan janganlah Kau biarkan aku mati karena siksa-Mu." Permohonan ini menegaskan betapa dahsyatnya "siksa-Mu" itu. Ia tidak meminta agar rasa sakit itu lenyap seketika, tetapi ia meminta agar siksaan itu tidak menjadi akhir dari segalanya, tidak membawanya pada kehancuran total. Ini menunjukkan sebuah kehausan akan kehidupan, sebuah keinginan untuk terus bertahan dan mencari kebenaran, bahkan di bawah tekanan yang luar biasa. Ada harapan tersirat di balik permohonan ini – harapan bahwa Tuhan akan memberikan kekuatan untuk bertahan, atau bahkan memberikan jalan keluar.

Ayat ini sangat relevan bagi siapa pun yang sedang menghadapi masa-masa sulit. Dalam menghadapi tantangan hidup, baik itu penyakit, kehilangan, kegagalan, atau krisis eksistensial, seringkali kita merasa sendirian. Perasaan ditinggalkan oleh Tuhan bisa menjadi beban terberat. Namun, Ayub 13:20 mengajarkan kita untuk tidak menyerah pada keputusasaan. Sebaliknya, kita diajak untuk terus berseru kepada Tuhan, untuk memohon agar wajah-Nya tidak disembunyikan dari kita. Ini adalah pengingat bahwa bahkan dalam kegelapan terpekat sekalipun, Tuhan tetap ada, dan kehadiran-Nya adalah sumber kekuatan dan harapan.

Pesan kunci dari Ayub 13:20 adalah bahwa di tengah penderitaan, yang paling kita butuhkan bukanlah jawaban instan atas segala masalah, melainkan jaminan kehadiran dan kasih Tuhan. Dengan memohon agar Tuhan tidak menyembunyikan wajah-Nya, Ayub sebenarnya sedang meminta untuk tetap terhubung dengan sumber kekuatannya. Ini adalah sebuah deklarasi iman bahwa meskipun ia tidak mengerti mengapa ia menderita, ia tetap percaya pada Tuhan dan merindukan hubungan yang intim dengan-Nya. Ketergantungan pada Tuhan dan kerinduan akan hadirat-Nya adalah mercusuar yang dapat menuntun kita melewati badai, memberikan harapan baru, dan mencegah kita hancur dalam keputusasaan.