"Di belakang tirai yang kedua itu ada kemah yang disebut Mahakudus." (Ibrani 9:3)
Ayat Ibrani 9:3 membawa kita ke dalam gambaran detail dari Kemah Suci, sebuah struktur yang memiliki signifikansi teologis mendalam bagi umat Perjanjian Lama dan sebagai bayangan dari realitas surgawi yang lebih agung. Pemahaman tentang ayat ini sangat penting untuk mengapresiasi seluruh pesan kitab Ibrani, yang berfokus pada keunggulan Kristus dan karya penebusan-Nya. Ayat ini secara spesifik menunjuk pada bagian terdalam dari Kemah Suci, yaitu Ruang Mahakudus, yang dipisahkan oleh tirai kedua.
Kemah Suci, atau Tabernakel, bukanlah bangunan biasa. Ia adalah gambaran yang diberikan Tuhan sendiri kepada Musa di Gunung Sinai (Keluaran 25-31). Setiap detailnya, termasuk penempatan dan pemisahan antar ruangan, memiliki makna simbolis. Ruang pertama dikenal sebagai Ruang Suci, dan di baliknya terbentang Ruang Mahakudus. Pemisahan kedua ruang ini dilakukan oleh sebuah tirai tebal. Tirai ini bukan hanya pemisah fisik, tetapi juga simbol pemisah antara manusia berdosa dan kekudusan Allah yang absolut. Hanya Imam Besar yang boleh masuk ke Ruang Mahakudus, dan itu pun hanya setahun sekali pada Hari Raya Pendamaian (Yom Kippur).
Makna simbolis dari Ruang Mahakudus sangatlah krusial. Di dalamnya terdapat Tabut Perjanjian, yang berisi loh batu hukum, manna, dan tongkat Harun yang bertunas. Keberadaan Tabut Perjanjian di tempat paling suci ini melambangkan kehadiran Allah yang memerintah dan berdaulat. Namun, akses langsung kepada-Nya dibatasi karena ketidaksempurnaan manusia dan dosa. Ayat Ibrani 9:3, dengan menyebutkan "tirai yang kedua", menekankan betapa jauhnya manusia dari hadirat Allah yang murni.
Kitab Ibrani selanjutnya menggunakan gambaran ini untuk menjelaskan kedatangan Yesus Kristus. Dalam Ibrani 9:11-12, penulis menyatakan bahwa Kristus masuk ke dalam Kemah yang lebih besar dan lebih sempurna, yang bukan buatan tangan manusia, yaitu sorga itu sendiri. Ia masuk ke Ruang Mahakudus, bukan dengan darah domba atau anak lembu, melainkan dengan darah-Nya sendiri, dan dengan demikian Ia memperoleh penebusan yang kekal bagi kita. Tirai yang memisahkan Ruang Suci dan Ruang Mahakudus, yang menjadi simbol pemisahan antara manusia dan Allah, telah terkoyak. Hal ini dikisahkan terjadi ketika Kristus wafat di kayu salib (Matius 27:51). Terkoyaknya tirai ini menandakan bahwa melalui pengorbanan Kristus, akses kepada Allah kini terbuka bagi semua orang yang percaya, tanpa perantaraan imam manusia atau ritual Perjanjian Lama.
Ibrani 9:3 mengingatkan kita akan realitas dosa dan kebutuhan akan penebusan. Ia juga menjadi fondasi untuk memahami karya Kristus sebagai Imam Besar Agung kita. Melalui Kristus, kita memiliki keberanian untuk masuk ke hadirat Allah, bukan karena kesalehan kita sendiri, melainkan karena darah penebusan-Nya yang menjadikan kita kudus di hadapan Bapa. Pemahaman yang mendalam tentang ayat ini membuka pintu untuk kekayaan anugerah dan pemulihan hubungan pribadi kita dengan Sang Pencipta.
Simbol kemah suci dan ketersediaan akses melalui Kristus.