Ayub 20:11

"Tulang-tulangnya penuh dengan nafsu orang muda, tetapi nafsu itu akan terbaring bersamanya dalam debu."
Ilustrasi bijak dari Ayub yang sedang merenung

Ayub 20:11 adalah sebuah ayat yang menggugah pikiran, sebuah petikan dari percakapan panjang dan penuh perdebatan antara Ayub dan teman-temannya. Ayat ini, yang diucapkan oleh Zofar, salah satu dari tiga teman Ayub, menyajikan pandangan yang tajam tentang konsekuensi dari kekayaan yang diperoleh melalui cara-cara yang tidak benar. Ayat tersebut berbunyi, "Tulang-tulangnya penuh dengan nafsu orang muda, tetapi nafsu itu akan terbaring bersamanya dalam debu."

Pada intinya, ayat ini menggambarkan nasib orang fasik yang menimbun kekayaan dengan cara-cara yang salah. Zofar berargumen bahwa meskipun orang seperti itu mungkin menikmati kesenangan dan kemewahan di masa muda mereka – "penuh dengan nafsu orang muda" – kesenangan itu bersifat sementara dan pada akhirnya akan membawa kehancuran. Kekayaan yang diperoleh dengan ketidakjujuran, penipuan, atau penindasan tidak akan bertahan lama. Sebaliknya, ia akan menjadi sumber malapetaka bagi pemiliknya.

Perikop ini merupakan bagian dari argumen teman-teman Ayub yang cenderung melihat penderitaan sebagai hukuman langsung atas dosa. Mereka percaya bahwa orang yang menderita pasti telah melakukan kesalahan besar. Zofar, dalam ayat ini dan pasal 20 secara keseluruhan, mencoba meyakinkan Ayub bahwa penderitaannya adalah bukti dari ketidakbenaran dan kefasikan yang tersembunyi dalam hidupnya. Ungkapan "nafsu orang muda" bisa merujuk pada keserakahan, kesombongan, atau segala bentuk keinginan duniawi yang tidak terkendali, yang seringkali diasosiasikan dengan semangat muda yang belum terkendali.

Namun, perspektif Ayub seringkali berbeda. Ia berulang kali menyatakan ketidakbersalahannya dan bergumul dengan pertanyaan tentang keadilan ilahi. Ayat ini, dalam konteksnya, menyoroti tema universal tentang keadilan, keserakahan, dan sifat sementara dari kesenangan duniawi yang diperoleh dengan cara yang tidak etis. Meskipun Zofar menyajikannya sebagai argumen yang pasti tentang penghukuman ilahi terhadap orang fasik, pembaca modern seringkali melihatnya sebagai peringatan terhadap kesombongan dan ketidakadilan.

Pesan yang bisa diambil dari Ayub 20:11 melampaui konteks religius semata. Ia mengingatkan kita bahwa kesuksesan yang dibangun di atas fondasi yang tidak jujur, eksploitasi, atau ketidakpedulian terhadap sesama pada akhirnya akan runtuh. Kekayaan dan kekuasaan yang diperoleh dengan mengorbankan prinsip moral adalah ilusi belaka. Seperti yang diungkapkan oleh Zofar, "nafsu itu akan terbaring bersamanya dalam debu," menyiratkan bahwa semua kemegahan dan kesenangan yang dihasilkan dari cara-cara yang salah akan berakhir sia-sia, kembali menjadi debu seperti asal mula manusia.

Ayat ini juga dapat diartikan sebagai refleksi tentang cara kerja hukum alam dan sosial. Ketidakadilan seringkali memicu konflik, ketidakpercayaan, dan pada akhirnya, kehancuran bagi pelakunya, baik secara individu maupun kolektif. Sebaliknya, integritas, kejujuran, dan kasih sayang cenderung membangun fondasi yang lebih kokoh dan langgeng. Kisah Ayub, dengan segala kerumitan teologisnya, terus menawarkan pelajaran berharga tentang kehidupan, keadilan, dan hikmat yang sejati.