Ayub 20:16

Ia menghisap racun, ia menelannya; maka sebab itu lidah ular datang kepadanya.

Kutipan dari Kitab Ayub, pasal 20 ayat 16, menyajikan gambaran yang kuat tentang konsekuensi dari tindakan seseorang yang rakus dan penuh kejahatan. Ayat ini, dalam terjemahannya yang lugas, menggambarkan seseorang yang 'menghisap racun, ia menelannya'. Frasa ini bukan sekadar metafora, melainkan sebuah pengingat tajam akan sifat destruktif dari keserakahan, ketidakjujuran, dan penindasan yang pada akhirnya akan berbalik merusak diri sendiri. Dalam konteks perikop ini, Ayub sedang berdialog dengan Zofar, salah satu temannya, yang menuduhnya melakukan kejahatan dan pantas menerima malapetaka.

Ayub, meskipun dalam penderitaan yang luar biasa, terus membela kebenarannya dan menolak anggapan bahwa penderitaannya adalah hukuman atas dosa tersembunyi. Namun, ayat-ayat seperti Ayub 20:16 sering diinterpretasikan lebih luas sebagai prinsip keadilan ilahi yang berlaku secara universal. Konsep 'racun' di sini dapat diartikan sebagai berbagai bentuk kejahatan: korupsi, penipuan, keserakahan yang membabi buta, pengkhianatan, atau segala tindakan yang merugikan orang lain demi keuntungan pribadi. Seseorang yang 'menelan' racun ini, secara harfiah atau kiasan, akan membawa kehancuran pada dirinya sendiri.

Pernyataan bahwa 'lidah ular datang kepadanya' memperkuat gambaran ini. Lidah ular sering kali diasosiasikan dengan fitnah, kebohongan, dan racun yang mematikan. Ketika seseorang mempraktikkan kebohongan dan kejahatan, seperti lidah ular yang menyebarkan racunnya, ia pada akhirnya akan dikuasai oleh racun itu sendiri. Ini bisa berarti kehancuran reputasi, kehilangan kepercayaan, isolasi sosial, atau bahkan kehancuran finansial dan fisik. Lebih dalam lagi, tindakan jahat dapat merusak jiwa seseorang, membuatnya menjadi pribadi yang pahit, curiga, dan tidak bahagia.

Kisah Ayub, termasuk ayat ini, menawarkan pelajaran berharga tentang integritas dan akibat perbuatan. Meskipun konteks spesifiknya adalah perdebatan teologis, prinsip moral yang terkandung di dalamnya tetap relevan hingga kini. Ia mengajarkan bahwa kejahatan, tidak peduli seberapa menguntungkan pada awalnya, pada akhirnya akan membawa kehancuran. Sebaliknya, integritas, kejujuran, dan kebaikan cenderung membawa kedamaian dan keberkahan jangka panjang.

Dalam kehidupan modern yang serba cepat dan penuh godaan, pesan dari Ayub 20:16 menjadi pengingat yang penting. Godaan untuk mengambil jalan pintas melalui cara-cara yang tidak etis atau merugikan sering kali muncul. Namun, ayat ini mengingatkan kita bahwa segala sesuatu yang kita 'telan' – tindakan, niat, perkataan – akan memiliki konsekuensinya. Memilih jalan kebenaran, meskipun mungkin lebih sulit pada awalnya, adalah investasi terbaik untuk kedamaian batin dan kesejahteraan jangka panjang. Hikmat abadi dalam ayat ini adalah bahwa integritas adalah fondasi kehidupan yang kokoh, sementara kejahatan adalah racun yang perlahan namun pasti akan menghancurkan.

Simbol daun yang meneteskan embun

Simbol ketenangan dan pembaruan, merefleksikan hikmat yang menyegarkan.