Yesaya 10:20

"Pada waktu itu sisa-sisa orang Israel dan orang-orang yang telah lolos dari kaum Yakub tidak akan bersandar lagi kepada yang memukul mereka, tetapi akan bersandar kepada TUHAN, Yang Mahakudus, Allah Israel, dengan kesetiaan."

Pengharapan yang Sesungguhnya

Kitab Yesaya seringkali dipenuhi dengan nubuat-nubuat mengenai penghukuman, namun di tengah kegelapan, selalu terselip janji harapan. Ayat ini, Yesaya 10:20, adalah salah satu permata yang bersinar terang di tengah ancaman dan kekalahan yang dialami bangsa Israel. Pada masa ketika mereka menghadapi tekanan dari kekuatan asing, seperti Asyur yang perkasa, ayat ini menawarkan perspektif yang fundamental tentang sumber kekuatan dan pengharapan yang sejati.

🙏

Ilustrasi simbol harapan dan kesetiaan.

Ayat ini secara gamblang menyatakan bahwa sisa-sisa orang Israel dan keturunan Yakub yang selamat tidak akan lagi mengandalkan kekuatan duniawi yang terbukti rapuh dan bahkan menyakitkan. Frasa "tidak akan bersandar lagi kepada yang memukul mereka" adalah pengingat yang kuat bahwa bergantung pada kekuasaan manusia, bangsa lain, atau bahkan kearifan diri sendiri semata, pada akhirnya akan berujung pada kekecewaan dan penderitaan. Sejarah telah berulang kali menunjukkan betapa rapuhnya fondasi yang dibangun di atas sumber-sumber sementara ini.

Kesetiaan kepada Yang Mahakudus

Sebaliknya, ayat ini menawarkan jalan keluar yang mulia: "tetapi akan bersandar kepada TUHAN, Yang Mahakudus, Allah Israel, dengan kesetiaan." Ini adalah pergeseran fokus yang revolusioner. Dari ketergantungan pada apa yang terlihat dan dapat dijangkau oleh tangan manusia, mereka diajak untuk mengalihkan pandangan mereka kepada Tuhan yang kudus, Allah yang berdaulat atas segala ciptaan, dan secara spesifik, Allah yang telah membuat perjanjian dengan keturunan Yakub.

Kata "Mahakudus" menekankan kesempurnaan, kemurnian, dan keterpisahan Tuhan dari segala sesuatu yang berdosa dan tidak sempurna. Di hadapan kekudusan-Nya, kelemahan dan dosa manusia menjadi semakin nyata. Namun, justru dalam kesadaran akan kekudusan-Nya inilah, rasa hormat dan kepercayaan yang mendalam dapat tumbuh. Kesetiaan yang diminta bukanlah sekadar kepatuhan pasif, melainkan sebuah komitmen aktif untuk terus menerus menaruh kepercayaan, mencari bimbingan, dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya, bahkan ketika keadaan tidak mendukung atau sulit dipahami.

Yesaya 10:20 bukan hanya sebuah nubuat masa lalu, tetapi juga sebuah prinsip abadi yang relevan bagi setiap generasi. Di tengah ketidakpastian hidup, gejolak dunia, dan tantangan pribadi, ayat ini mengingatkan kita bahwa sumber kekuatan, penghiburan, dan harapan yang paling kokoh terletak pada hubungan yang setia dengan Tuhan. Ketika kita bersandar kepada-Nya, kita menemukan ketenangan di tengah badai, keberanian di hadapan ketakutan, dan kepastian di tengah keraguan. Kesetiaan kepada Yang Mahakudus adalah fondasi yang tak tergoyahkan bagi kehidupan yang bermakna dan berpengharapan.