Ayat ini dari Kitab Ayub menawarkan sebuah renungan mendalam tentang bagaimana Allah berkomunikasi dengan umat manusia. Seringkali, kita merasa jauh dari-Nya atau tidak mengerti kehendak-Nya. Namun, ayat ini mengingatkan kita bahwa Allah tidak pernah diam. Dia berfirman, tidak hanya sekali, tetapi berulang kali. Ini menunjukkan kesabaran dan kerinduan-Nya untuk kita memahami jalan-Nya.
Dalam kehidupan sehari-hari, firman Allah dapat datang dalam berbagai bentuk. Bisa jadi melalui suara hati nurani yang mengingatkan kita ketika kita hendak melakukan kesalahan. Bisa juga melalui kejadian-kejadian tak terduga yang membimbing kita ke arah yang lebih baik, atau bahkan melalui ketenangan yang datang saat kita berdoa. Terkadang, firman-Nya tersirat dalam nasihat orang lain yang bijaksana, atau dalam ayat-ayat suci yang kita baca. Namun, seringkali, kesibukan duniawi, kebisingan pikiran, atau keangkuhan hati membuat kita tidak memperhatikannya. Kita begitu asyik dengan urusan sendiri sehingga luput mendengar bisikan-Nya yang penuh kasih.
Fokus pada frasa "tetapi orang tidak memperhatikannya" adalah inti persoalannya. Ini bukan karena Allah tidak berbicara, melainkan karena kita tidak siap mendengarkan. Perhatian kita terpecah belah oleh dunia. Kita mungkin mendengar suara-Nya, tetapi kita mengabaikannya karena terasa tidak sesuai dengan keinginan kita atau karena kita merasa lebih tahu segalanya. Sikap inilah yang seringkali menghalangi kita untuk menerima hikmat dan bimbingan yang sebenarnya kita butuhkan.
Bagaimana kita bisa mengubah ini? Pertama, kita perlu meluangkan waktu untuk hening dan merenung. Dalam kesunyian, suara Allah seringkali terdengar lebih jelas. Kedua, kita harus mendekatkan diri pada firman-Nya melalui kitab suci dan doa. Membaca dan merenungkan ayat-ayat suci secara teratur dapat membuka mata rohani kita untuk melihat bagaimana Allah bekerja dalam hidup kita. Ketiga, kita perlu memiliki sikap hati yang rendah hati, siap untuk diajar dan dibimbing, bahkan jika bimbingan itu datang dalam bentuk yang tidak terduga atau tidak nyaman.
Ayub 33:11 seharusnya menjadi panggilan untuk bangun. Mari kita latih telinga rohani kita untuk mendengar lebih baik. Mari kita buka hati kita untuk menerima pesan-pesan ilahi. Allah terus berbicara, dan ketika kita mulai memperhatikannya, hidup kita akan dipenuhi dengan pengertian, kedamaian, dan tujuan yang lebih besar, seperti cahaya pagi yang sejuk menerangi hari.