"Bukankah itu tersimpan pada-Ku dan dimeterai di perbendaharaan-Ku?"
Ayat ini berasal dari kitab Ayub, sebuah perikop di mana Allah menjawab Ayub dari dalam badai. Pertanyaan yang diajukan oleh Tuhan kepada Ayub sangat retoris, menyoroti keterbatasan pemahaman manusia di hadapan kebesaran dan kedaulatan-Nya. Ayat Ayub 38:23 secara spesifik berbicara tentang pengetahuan dan kekuatan Allah yang tidak terbatas, yang tersembunyi dalam perbendaharaan-Nya yang tak terduga.
Dalam konteks percakapan ini, Allah sedang menantang Ayub untuk memahami skala penciptaan dan bagaimana alam semesta diatur. Pertanyaan tentang siapa yang membuka jalan bagi hujan lebat, badai petir, atau bahkan memberikan hikmat kepada bintang-bintang, semuanya mengarah pada kesadaran bahwa hanya Sang Pencipta yang memiliki kendali penuh. Ayat 38:23 adalah puncak dari serangkaian pertanyaan yang menegaskan bahwa segala sesuatu, termasuk kekuatan alam yang paling dahsyat sekalipun, berada di bawah kendali dan pengetahuan ilahi.
Kata "tersimpan" dan "dimeterai" menyiratkan sebuah rahasia yang terkunci, sebuah kekayaan pengetahuan dan kuasa yang tidak dapat diakses atau dipahami sepenuhnya oleh makhluk ciptaan. Ini bukan berarti Allah menyembunyikan kebaikan-Nya, melainkan bahwa sifat dan kedalaman kuasa-Nya melampaui kapasitas pemikiran manusia. Bayangkan sebuah gudang harta karun yang dijaga dengan ketat; hanya pemiliknya yang mengetahui isi sebenarnya dan bagaimana menggunakannya. Demikian pula, kekuatan yang menggerakkan angin, yang mengatur pasang surut laut, atau yang menaburkan gugusan bintang di angkasa, semuanya adalah bagian dari "perbendaharaan" Allah.
Ketika kita merenungkan ayat ini, kita diajak untuk menyadari betapa kecilnya kita dibandingkan dengan Sang Maha Kuasa. Namun, hal ini tidak boleh menimbulkan rasa takut, melainkan kekaguman dan kepercayaan. Jika Allah memiliki kendali mutlak atas segala sesuatu, termasuk elemen-elemen alam yang paling kuat dan misterius, maka Dia juga memiliki rencana dan tujuan bagi kehidupan kita. Apa yang mungkin tampak seperti kekacauan atau ketidakpastian bagi kita, di mata-Nya adalah bagian dari tatanan yang sempurna.
Ayub, setelah mendengar jawaban Allah, menjadi rendah hati dan bertobat. Dia menyadari bahwa ia telah berbicara tanpa pemahaman yang memadai. Pengalaman ini mengajarkan kita pentingnya kerendahan hati dalam menghadapi misteri kehidupan dan hikmat Tuhan. Ketika kita menghadapi kesulitan atau pertanyaan yang belum terjawab, kita bisa menengadah ke langit dan mengingat bahwa Tuhan yang memegang kendali atas segala sesuatu, dan Dia memilikinya dalam "perbendaharaan-Nya" yang tak terbatas. Kekuatan alam semesta adalah bukti nyata dari kebesaran-Nya, dan itu semua tersimpan dan diatur oleh-Nya dengan sempurna.