Ayub 38:35

"Dapatkah engkau mengirim kilat, sehingga ia pergi, dan kembali kepadamu?

Kilat Menyambar di Langit Gelap

Pertanyaan retoris dari Allah kepada Ayub dalam Ayub 38:35 ini bukan sekadar pemanis percakapan. Ini adalah inti dari perdebatan yang telah berlangsung antara Ayub dan teman-temannya. Allah tidak sedang menantang Ayub untuk membuktikan kemampuan fisik atau pengetahuannya yang terbatas. Sebaliknya, Allah sedang menarik Ayub kepada pemahaman yang lebih dalam tentang siapa Dia dan betapa luasnya kekuasaan-Nya atas alam semesta.

Sang Pencipta yang Maha Kuasa, yang mampu mengendalikan fenomena alam seperti kilat, mengingatkan Ayub akan kesenjangan besar antara kebijaksanaan manusia dan kebijaksanaan ilahi. Kilat, sebuah manifestasi kekuatan alam yang dramatis, adalah sesuatu yang terjadi atas kehendak-Nya, bukan atas perintah manusia. Pertanyaan "Dapatkah engkau mengirim kilat, sehingga ia pergi, dan kembali kepadamu?" secara gamblang menunjukkan bahwa Ayub, dengan segala keterbatasannya, tidak memiliki kendali atas kekuatan semacam itu. Kilat adalah gambaran dari kuasa yang jauh melampaui pemahaman dan kontrol manusia.

Dalam konteks penderitaan Ayub, pertanyaan ini mengarah pada pemahaman yang lebih luas. Jika Ayub tidak mampu mengendalikan elemen dasar alam, bagaimana ia bisa memahami sepenuhnya alasan di balik cobaan hidup yang begitu kompleks dan menyakitkan? Allah mengajak Ayub untuk merendahkan diri di hadapan kebesaran-Nya dan mengakui bahwa rencana serta kedaulatan-Nya tidak selalu dapat dipahami oleh pikiran manusia.

Melalui pertanyaan-pertanyaan seperti ini, Allah mendorong Ayub untuk menggeser fokusnya. Alih-alih terpaku pada "mengapa" penderitaannya terjadi, Ayub diajak untuk melihat "siapa" yang mengizinkan dan mengendalikan segalanya. Pemahaman ini membawa ketenangan dan pengharapan, karena di balik setiap peristiwa yang sulit, ada Tuhan yang Maha Tahu dan Maha Kuasa yang bekerja demi tujuan-Nya yang lebih besar. Pengakuan atas keagungan Sang Pencipta seperti ini adalah langkah awal untuk menemukan kedamaian, bahkan di tengah badai kehidupan.

Keindahan dari bacaan ini terletak pada bagaimana Allah menggunakan alam untuk mengajarkan pelajaran spiritual. Kilat, yang seringkali diasosiasikan dengan kekuatan dan bahkan ketakutan, di sini menjadi alat untuk menunjukkan kemuliaan dan otoritas ilahi. Ini mengingatkan kita bahwa segala sesuatu di alam semesta, dari yang paling kecil hingga yang paling dahsyat, berada di bawah kendali-Nya.

Oleh karena itu, ketika kita menghadapi pertanyaan-pertanyaan sulit dalam hidup, atau ketika kita merasa tidak berdaya, mari kita ingat firman ini. Kita mungkin tidak dapat mengirim kilat, tetapi kita memiliki Tuhan yang mampu melakukannya, dan jauh lebih banyak lagi. Keyakinan pada kedaulatan-Nya adalah sumber kekuatan dan kedamaian yang tak tergoyahkan.