"Siapakah yang memberikan hikmat kepada awan-gemawan, atau siapakah yang memberikan pengertian kepada bintang-gemintang?"
Simbol dari kebesaran dan misteri alam semesta.
Pertanyaan retoris yang diajukan dalam Kitab Ayub ini menggugah kesadaran kita akan kebesaran penciptaan. Ayub, yang sedang bergumul dengan penderitaan yang luar biasa, dihadapkan pada pemahaman tentang kekuatan dan hikmat Ilahi yang melampaui segala keterbatasan manusia. Ayat 38:36 secara khusus menyoroti dua aspek menakjubkan dari alam semesta: awan-gemawan dan bintang-gemintang. Keduanya adalah fenomena langit yang selalu memesona dan sering kali menjadi sumber inspirasi serta pertanyaan mendalam bagi peradaban manusia.
Awan-gemawan, dengan segala bentuknya yang berubah-ubah, dari gumpalan lembut hingga badai dahsyat, menunjukkan sebuah tatanan yang kompleks. Mereka membawa hujan yang menyuburkan bumi, atau menaungi dari sengatan matahari. Gerakan dan pembentukannya tampak seperti sebuah tarian yang harmonis di langit. Siapa yang mengatur pergerakan massa air yang begitu besar ini? Siapa yang memberikan mereka pola yang begitu beragam, dari cumulus yang anggun hingga stratus yang membentang luas? Dari mana datangnya kemampuan mereka untuk memengaruhi iklim dan cuaca di seluruh dunia?
Selanjutnya, bintang-gemintang. Keberadaan miliaran bintang yang tersebar di angkasa, masing-masing dengan cahayanya sendiri, telah memukau manusia sejak zaman purba. Pola-pola yang dibentuk oleh bintang-bintang ini bahkan telah digunakan untuk navigasi dan penentuan waktu. Keakuratan pergerakan mereka, keteraturan orbitnya, dan jarak yang tak terbayangkan membangkitkan kekaguman akan ketepatan dan kebesaran Sang Pencipta. Apakah ada manusia yang mampu menyusun tatanan semacam ini, yang menguasai jarak dan waktu dengan presisi yang sempurna seperti yang diperlihatkan oleh gugusan bintang di langit malam?
Pertanyaan dalam Ayub 38:36 bukan sekadar pertanyaan tentang ilmu pengetahuan alam. Ini adalah pengingat bahwa hikmat dan pengertian tertinggi tidak berasal dari usaha manusia semata. Kebijaksanaan yang mendalam dan mendasarilah yang menciptakan dan mengatur segala sesuatu, dari tetesan air di awan hingga galaksi yang berputar jauh di angkasa. Ini adalah undangan untuk merenungkan sumber segala keberadaan, sumber dari segala hukum alam yang bekerja tanpa cela. Dengan demikian, meskipun kita terus mempelajari alam semesta, pertanyaan Ayub tetap relevan, mendorong kita untuk mencari sumber hikmat yang sesungguhnya, yang memberikan pengertian kepada seluruh ciptaan.